Soal 'Alfateka' Jokowi, TGB: Dia Mendapat Dua Pahala

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Belum lama ini video Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka MTQ 2018 di Sumatera Utara menjadi viral. Itu lantaran Jokowi mengucapkan "Alfateka" untuk mendoakan korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Ucapan Jokowi menjadi viral di media sosial. Banyak yang mengkritisi soal penyebutan yang seharusnya berbunyi "Al  Fatihah".

Pro-kontra lafalan tersebut direspons mantan gubernur NTB, Zainul Majdi, atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB). Melalui video yang diunggah di akun media sosial Suara Nahdlatul Wathan, Minggu 14 Oktober 2018, TGB menanggapi polemik lafalan tersebut.

Menurut TGB, apa yang disampaikan Jokowi memiliki substansi ajakan untuk melakukan kebaikan dengan bersama-sama mendoakan korban gempa dan tsunami.

"Pertama, apa yang beliau sampaikan itu sesungguhnya ajakan kebaikan, sesuatu yang mulia di dalam Islam, mengajak untuk mendoakan saudara-saudara kita yang wafat syahid, karena gempa bumi dan tsunami," ujar yang juga saah satu penghafal al quran lulusan Al Azhar, Mesir.

Menurutnya, Jokowi mendapat dua pahala jika berusaha melafalkan dengan bersungguh-sungguh.

"Orang yang membaca Alquran lalu dia kesulitan untuk melafalkan dengan fasih, mungkin agak bergeser dari satu huruf ke huruf yang lain, tapi dia berupaya membaca dengan baik, apa kata Rasul, dia mendapat dua pahala. Pahala membaca Alquran dan pahala berproses belajar. Islam sangat menghargai proses yang baik," terangnya.

Lafalan Jokowi menurutnya hanya kekeliruan, dan bukan merupakan sebuah kesalahan yang disengaja.

"Di dalam Islam semua ajakan kebaikan diapresiasi oleh Allah dan rasul-nya. Bahkan ketika kita membaca Alquran lalu kita kesulitan untuk melafalkan satu huruf atau satu kalimat dengan baik," paparnya.

Bahkan, TGB menceritakan saat masih menempuh pendidikan di Kairo (Mesir), banyak orang sana yang berbeda pelafalan dalam mengutip Al-Qur'an.

"Jangankan kita sebagai orang Indonesia, orang Arab dengan latarbelakang yang berbeda-beda, mereka sering melafalkan suatu huruf dengan pelafalan yang berbeda," ucapnya.