Gunung Rinjani Ditutup sampai 2020 Ancam Nasib Ribuan Pemandu Wisata

Lebih 500 pendaki masih terjebak di Gunung Rinjani pascagempa 6,4 SR.
Sumber :
  • BNPB

VIVA – Otoritas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menutup jalur pendakian di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat sampai tahun 2020. Penutupan lantaran beberapa titik di puncak gunung sering longsor sehingga mengancam keselamatan pendaki.

Penutupan dengan waktu cukup lama itu mengancam perekonomian masyarakat Sembalun, Lombok Timur, yang sebagian besar mengais rezeki pada destinasi yang telah masuk geopark dunia.

Seorang pengusaha travel agent, Rudi Lombok, menilai penutupan Rinjani dapat mengancam ribuan porter dan guide (pemandu wisata) menganggur. Bahkan, perusahaan biro wisata merugi besar.

“Itu berdampak porter, guide dan travel agent. Cuma memang belum dapat suatu alasan yang bisa kita informasikan pada tamu. Kasihan masyarakat Sembalun akan hilang pekerjaannya, seharusnya ekonomi bangkit melalui itu, melalui kegiatan pariwisata,” ujar Rudi di Mataram pada Rabu, 24 Oktober 2018.

Menurutnya, sumber pendapatan dari wisatawan sebagian besar karena destinasi Rinjani, sehingga sangat disesalkan penutupan yang sangat lama itu.

“Lumayan besar sekali minat wisatawan ke Rinjani. Pendakian memiliki pasaran sendiri. View (pemandangan) sangat beda dengan gunung-gunung lain. Tingkat kesulitannya bisa temui jalan sulit, bisa temui jalan mudah karena banyak titik pendakian,” katanya.

Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah NTB, Fauzan Zakaria, Rinjani adalah satu-satunya wisata gunung di Lombok di tengah banyaknya destinasi pantai, sehingga menjadi favorit wisatawan. Penutupan Rinjani akan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar.

“Itu menurut saya terlalu lambat. Di zaman sekarang kita dituntut bekerja cepat, enggak bisa lamban. Tahun 2020 itu seberapa banyak masyarakat yang menganggur, banyak masyarakat yang menggantungkan hidup di sana,” keluhnya.

Dia menawarkan, jika penutupan Rinjani karena akses jalan yang rusak akibat longsor, pemerintah dapat meminta bantuan TNI untuk memperbaiki akses jalur.

“Mungkin sebulan, dua bulan orang bisa sabar, tapi kalau sampai dua tahun terlalu lama. Kalau hanya persoalan jalur pendakian kita bisa minta bantuan TNI. Kami BPPD NTB mendesak pihak TNGR melakukan langkah penting dalam waktu cepat bisa dibuka kembali,” ujarnya.