Megawati: Perjalanan Politik Saya Bukan Dibentang Karpet Merah

Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Megawati Soekarnoputri (kiri) berbicang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA – Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri bercerita bahwa dirinya dan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim merupakan politikus satu angkatan. Hal ini disampaikan Mega saat pidato acara penganugerahan gelar kehormatan atau honoris causa yang diberikan oleh Universitas Negeri Padang untuk Anwar Ibrahim, pada Senin 29 Oktober 2018.

“Saya dan Dato politisi satu angkatan. Usia kami, saya selalu bilang +17. Ketika saya ditanya kenapa ibu enggak mau sebutkan umur asli karena saya perempuan, perempuan biasanya punya rahasia. Perjalanan politik yang saya jalani bukan dibentang di karpet merah,” kata Megawati di Sumatera Barat, Senin 29 Oktober 2018

Megawati menyebutkan jika dirinya merupakan perempuan pertama di Indonesia yang menjadi orang pertama sebagai Presiden. Mega mengatakan, meski ayahnya adalah Bung Karno, founding father bangsa ini, tak mudah bisa bertahan sebagai ketua umum parpol. 

Namun, Mega mengatakan, dia memiliki perbedaan dengan Anwar Ibrahim walau mereka tergolong satu angkatan. Mega sama sekali belum pernah dipenjara, sedangkan Anwar sudah beberapa kali dibui.

“Saya kurang, kurang apa? Saya belum jadi masuk penjara. Karena ketika itu, saya dipanggil polisi lah, kejaksaan lah. Namun, rupanya begitu cepat sehingga Indonesia melalui reformasi. Saya belum jadi masuk penjara,” tuturnya.

“Kemarin saya cerita, suatu saat setelah saya Presiden, Alhamdulillah karena ayah saya tak pernah katakan ke anak-anaknya, kalau kalian masuk politik harus siap untuk tak boleh ada dendam dalam hati kalian. Dan saya dan saudara-saudara saya harus melakukan itu. Kalau waktu itu saya dipanggil ke polisi dan kejaksaan, saya dibuat lupa nama mereka yang memeriksa,” ujar Mega.

Mega menjelaskan, sewaktu dirinya menjadi Presiden, sempat spontan saja bertanya ke jaksa agung saat itu tentang siapa saja yang memeriksa dirinya pada saat itu.

“Orang yang meriksa saya waktu itu ada enggak pak? Semua orang pucat. Ibu mau apakan? Lho saya hanya tanya. Jadi waktu ada acara penghormatan. Saya ketawa dalam hati, sekarang saya jadi Presiden kamu,” katanya.

“Politik menurut Bung Karno tak boleh berjarak dengan rakyat. Begitu putusan politik itu salah, pasti suatu saat akan diturunkan oleh rakyat. Pendidikan politik terpenting adalah pendidikan untuk dapat organisir rakyat. Bung Karno berpesan bahwa rakyat adalah cakrawati, rakyat adalah hulu dan akhir tujuan politik,” kata Mega soal pernah beberapa kali diperiksa di era Orde Baru.

Untuk bisa berpolitik seperti itu, Mega menegaskan pastinya bukan sesuatu yang mudah. Initimidasi diakuinya juga pernah dia alami. Hal itu pula yang Megawati lihat dari diri Anwar Ibrahim yang teguh dan sabar meski diintimidasi.

“Kalau dengar cerita Beliau di penjara membaca buku, begitu pula saya dengar dari almarhum ayah saya, untuk membuang waktu yang tak mau dihitung. Beliau baca macam-macam buku. Buku Beliau yang masih ada lebih dari 50 ribu," kata dia.

“Ini bukan omong kosong, saya dapat rasakan, dikejar saja, rasanya kalau ndak kuat jantung kita itu copot. Namun sejarah mencatat Anwar Ibrahim menyatukan Malaysia yang multietnis," lanjut dia.

Mega mengatakan, dia dan Anwar sama-sama memperjuangkan keberagaman di negara masing-masing, karena hal itu adalah hal kodrati yang tak seharusnya menjadi alasan perpecahan.