Latar Belakang Studi 41 Masjid Pemerintah Terpapar Radikalisme

ILC
Sumber :
  • ILC

VIVA – Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) akhirnya angkat bicara terkait latar belakang munculnya data 41 masjid di lingkungan pemerintah, yakni di kementerian, lembaga dan BUMN, terpapar radikalisme.

Dewan Pengawas P3M, Agus Muhammad menyebut data 41 masjid di lingkungan pemerintah ini berdasarkan hasil studi P3M yang bekerjasama dengan Rumah Kebangsaan. Studi dimaksud untuk menjaga masjid sebagai tempat sujud, menjaga kejernihan hati sekaligus menjaga keluhuran budi, dan bukan untuk tujuan lain.

Ada 100 masjid pemerintah dari kementerian, lembaga dan BUMN, yang dipilih menjadi sampel. Walaupun operasional masjid-masjid tersebut kebanyakan sudah mandiri (tidak pakai uang negara), tapi masjid tersebut berada di lingkungan pemerintah yang semestinya menyuarakan perdamaian dan kemaslahatan umat.

Agus menuturkan dari beberapa informasi yang dihimpun P3M, ceramah di beberapa masjid pemerintah bersuara 'keras'. Bahkan, beberapa jemaah salat di masjid kementerian sempat melaporkan ada ceramah di masjid-masjid pemerintah yang cenderung provokasi, padahal ini adalah masjid negara.

"Untuk mengetahui itu tidak ada cara lain maka kami lakukan studi," kata Agus Muhammad dalam program ILC, 27 November 2018.

Dipilihnya masjid pemerintah sebagai objek untuk menyederhanakan studi, merujuk data ormas versi Kemendagri per Januari 2018 mencapai 159 ribu ormas, jika 10 persennya adalah ormas Islam, maka studi akan semakin kompleks dengan keragaman masjid-masjid di berbagai wilayah dengan kultur dan corak di masing-masing daerah.

P3M kemudian bekerjasama dengan Rumah Kebangsaan dalam hal dukungan dana. Agus menambahkan, Rumah Kebangsaan dipilih karena dinilai memiliki visi misi yang sama, memiliki program sosial kemasyarakatan yang di dalamnya termasuk pemberdayaan rumah ibadah.

"Kami bilang ke teman-teman, kami tidak punya banyak duit untuk studi telepon Rumah Kebangsaan punya program masjid, kami kontak mereka dan setuju," ujarnya.

Menurut Agus, masjid merupakan tempat strategis sekaligus menjadi tempat paling murah serta mudah untuk memengaruhi orang. Dalam konteks ini, orang-orang akan berkumpul di masjid dalam waktu tertentu, seperti saat Salat Jumat, sehingga dengan mudah penceramah memengaruhi orang.

"Agar tetap menjadi tempat sujud, tempat kita menjaga keluhuran budi dan hati, kita peduli terhadap masjid, apa yang dilakukan P3M bentuk kepedulian kami terhadap masjid," tegasnya.