Soal 41 Masjid Terpapar Radikalisme, PA 212 Sebut Riset P3M Abal-abal

Eggi Sudjana
Sumber :
  • Eduward Ambarita - VIVA.co.id

VIVA – Dewan Penasihat Persatuan Alumni 212 Eggi Sudjana menyesalkan pernyataan yang menyebutkan ada 41 masjid terpapar radikalisme. Menurutnya, penelitian Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), tidak tepat.

"Metodeloginya saja tidak jelas. Kriteria radikalnya tidak jelas. Maaf kalau saya sebut riset ini abal abal," kata Egi di acara ILC tvOne, Selasa, 27 November 2018.

Kata Eggi, apa masjid tidak bisa dikatakan tidak bisa dikatakan radikal, karena masjid hanya benda. Ia menambahkan bila melihat aktivitas masjid harus dilihat tiga hal.

"Pengurus, penceramah dan umat," tegasnya.

Apa yang disampaikan para penceramah selama ini, menurut Eggi, masih sesuai dengan Pancasila dan tak ada upaya memecah belah negara sesuai UUD 45.

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) merilis hasil riset terkait masjid-masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Hasil riset ini sebenarnya dirilis pada 18 Juli 2018 lalu, di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta.

Dari hasil riset P3M terhadap aktivitas khutbah di lingkungan mesjid di lingkungan pemerintahan, P3M menyebut dari 100 masjid yang diriset ada 41 masjid pemerintah terpapar radikal. Hasil ini kemudian dikutip Badan Intelijen Nasional (BIN) dan bergulir menjadi polemik.

Dipilihnya masjid pemerintah sebagai objek untuk menyederhakan studi, merujuk data ormas versi Kemendagri per Januari 2018 mencapai 159 ribu ormas, jika 10 persennya adalah ormas Islam, maka studi akan semakin kompleks dengan keragaman masjid-masjid di berbagai wilayah dengan kultur dan corak di masing-masing daerah.

P3M kemudian bekerja sama dengan Rumah Kebangsaan dalam hal dukungan dana. Agus Muhammad selaku Dewan Pengawas P3M, dalam program ILC, mengatakan Rumah Kebangsaan dipilih karena dinilai memiliki visi misi yang sama, memiliki program sosial kemasyarakatan yang didalamnya termasuk pemberdayaan rumah ibadah.

"Kami bilang ke teman-teman, kami tidak punya banyak duit untuk studi, telepon Rumah Kebangsaan punya program masjid, kami kontak mereka dan setuju," kata Agus Muhammad dalam program ILC, 27 November 2018.

Anehnya, saat ditanya lebih jauh, Agus mengaku tidak tahu apa itu Rumah Kebangsaan dan siapa pimpinan lembaga yang dia sebut sebagai donatur riset 'Masjid Terpapar Radikal'. Ia hanya menyebut Rumah Kebangsaan layaknya LSM sosial kemasyarakatan.

"Ketuanya saya enggak tahu, kami kerjasama dengan direkturnya Erika," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, penceramah Ustaz Haikal Hassan menyebut Rumah Kebangsaan dipimpin oleh Darmadi Durianto, anggota Komisi VI dari PDIP. "Yang anggota humasnya namanya Charles, Oktafius, saya saja tahu," timpal Ustaz Haikal di ILC.

"Kalau bapak bekerjasama dengan PDIP bilang aja enggak apa-apa, atau bukan PDIP tapi pribadi Darmadinya ya silakan aja. Tapi kalau sampai enggak tahu Rumah Kebangsaan itu, semua orang tahu Rumah Kebangsaan. Pak Darmadi Durianto, anggota Komisi VI PDIP," kata Ustaz Haikal.