TNI AL Punya Helikopter Antikapal Selam, Semua Buatan Dalam Negeri

Helikopter antikapal selam milik TNI Angkatan Laut buatan PT Dirgantara Indonesia saat diserahkan kepada Kementerian Pertahanan di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 24 Januari 2019.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memiliki alat utama sistem persenjataan atau alutsista baru, yaitu lima helikopter antikapal selam dan satu pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft. Semua kapal terbang itu dibuat oleh perusahaan industri militer dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia atau PT DI.

Keenam alutista yang dipesan Kementerian Pertahanan berdasarkan kontrak pada 2013 dan 2014 itu diserahkan secara simbolik oleh PT DI kepada pemerintah di Hanggar PT DI di Bandung, Jawa Barat, Kamis, 24 Januari 2019.

Direktur Niaga PT DI Irzal Rinaldi menjelaskan, pesawat dan helikopter-helikopter itu adalah produk yang sangat dibutuhkan Kementerian Pertahanan untuk memaksimalkan kemandirian Indonesia dalam bidang persenjataan. Juga untuk menjaga kedaulatan dan pemenuhan persiapan untuk tempur.

Penyerahan itu sebagai tanda pemerintah memberikan kepercayaan kepada PT DI untuk berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan alutsista.

“Kami haturkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada PT DI. Dengan ini kami terus lakukan perbaikan menjaga kepuasan pelanggan utama kami, yaitu Kemenhan,” ujar Irzal.

PT DI, katanya, siap menjadi kontributor terdepan untuk kebutuhan Kemenhan dalam optimalisasi pertahanan Indonesia. “PT DI selalu siap memenuhi kebutuhan dalam rangka kemandirian alutsista Kemenhan yang selama ini jadi costumer terbesar di Indonesia,” katanya.

Spesifikasi

Heli antikapal selama itu berjenis Panther tipe AS565 MBe dan produk hasil kerja sama industri PT DI dengan Airbus Helicopters Perancis. Heli dirancang dengan kemampuan mendeteksi keberadaan kapal selam dengan Dipping Sonar L-3 Ocean Systems DS-100 Helicopter Long-Range Active Sonar (Helras) yang dapat difungsikan di laut dangkal dan laut dalam.

Dengan perangkat itu, heli Panther dinilai ideal untuk bermanuver redetection, melokalisasi sasaran dan melancarkan setangan torpedo di perairan dangkal maupun perairan dalam.

Pesawat CN235-220 MPA dirancang dengan dua konsol 360 derajat Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 nautical mile dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis mengidentifikasi kapal sehingga dapat mengetahui posisi objek mencurigakan.

Pesawat itu juga dilengkapi Identification Friend or Foe, Interrogator dan Tactival Computer System, yang berfungsi untuk mengetahui musuh, menganalisis dan menentukan strategi operasi.

CN235-220 MPA dilengkapi Forward Looking Infra Red untuk mengklasifikasi target dan merekam situasi wilayah terbang untuk evaluasi misi. Pesawat juga dapat lepas landas pada jarak pendek dengan kondisi landasan yang tidak beraspal dan berumput, mampu terbang dengan durasi maksimal 11 jam dan irit bahan bakar.

Dari fitur-fitur itu, dapat digunakan untuk patroli perbatasan, Zona Ekonomi Eklusif, pengawasan pencurian ikan, pencemaran laut, pengawasan imigrasi, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba serta barang ilegal, pencarian dan penyelamatan korban bencana. (ren)