Nyaris 400 Orang Terserang DBD di Sumsel, Tiga Meninggal

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Sumatera Selatan, termasuk cukup tinggi. Selama Januari 2019, tercatat ada 395 kasus dan tiga di antaranya korbannya meninggal dunia.

"Meningkatnya kasus DBD, biasanya terjadi pada musim penghujan. Hingga saat ini, sudah ada tiga orang warga Sumatera Selatan yang meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Lesty Nuraini, Rabu 30 Januari 2019.

Menurut Lesty, tiga warga Sumatera Selatan yang meninggal dunia, karena DBD tersebar di tiga kabupaten, yakni Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu Selatan.

Pada periode Januari 2019, jumlah kasus tersebar juga di 17 kabupaten/kota, di antaranya OKU ditemukan satu kasus, OKI 16 kasus, Muara Enim 25 kasus, Lahat sembilan kasus, Musi Banyuasin 18 kasus, Musi Rawas 26 kasus, Banyuasin 42 kasus, dan OKU Selatan enam kasus.

Juga ada OKU Timur 41 kasus, Ogan Ilir 28 kasus, Empat Lawang tujuh kasus, Palembang 99 kasus, Prabumulih 25 kasus, Pagaralam 17 kasus, Lubuklinggau 10 kasus, Pali 21 kasus, dan Muratara empat kasus.

Meski terdata cukup banyak ditemukan kasus DBD, Dinas Kesehatan belum dapat menetapkannya sebagai status kejadian luar biasa atau KLB.

"Jumlah kasus ini bisa bertambah lebih banyak lagi, karena pencatatan jumlah penderita dari kabupaten dan kota belum masuk. Ini, karena Januari masih berjalan," kata Lesty.

Tingginya kasus DBD itu tidak hanya terjadi pada awal 2019. Jika dibanding 2018, jumlah kasus yang ditemukan juga terbilang cukup tinggi mencapai 2.396 kasus. Dari jumlah itu, 26 orang di antaranya meninggal dunia.

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan sudah mengirim edaran kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengantisipasi wabah DBD, yakni dengan membantu menyebarkan larvasida dan alat fogging, meski jumlahnya terbatas.

"Yang penting, tetap terapkan pola hidup sehat dan lakukan konsultasi ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika ada gejala DBD. Selain itu, juga membersihkan lingkungan dari air menggenang," jelasnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Fery Yanuar menambahkan, meningkatnya kasus DBD ini tidak hanya karena siklus musim, melainkan juga karena lingkungan.

"Penyakit ini akan sangat mudah tersebar. Karenanya, faktor lingkungan yang kotor dan berada di lokasi area tergenang seperti rawa dan sebagainya, akan menjadi area yang mudah terkena penyakit ini," ujarnya.

Apalagi untuk daerah kumuh, kata dia, nyamuk aedes aegapty akan sangat mudah hidup dan menyebarkan penyakit. Pemerintah meminta masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

Langkah lain dapat memelihara ikan cupang, menggunakan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk dan mengaktifkan 3M, dan secepatnya mendatangi puskesmas atau rumah sakit jika sudah ada gejala DBD. (asp)