Tahun 2019, Pengangguran di Sumut Bertambah 11 Ribu Orang

Workshop Sebagai Alternatif Mengurangi Pengangguran.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA –  Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tercatat? mengalami peningkatan jumlah pengangguran. Jika di periode yang sama tahun 2018, pengangguran mencapai 403.000, maka tahun ini jumlah pengangguran mencapai 414.000 orang, atau terjadi penambahan hingga 11.000.

Peningkatan jumlah tersebut disampaikan oleh Kepala ?Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi kepada wartawan di Medan, Selasa 7 Mei 2019. Ia menjelaskan berdasarkan BPS Sumut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2019 di angka 5,56% dari tingkat partisipasi angkatan kerja di Sumut, turun dibandingkan Februari 2018 sebesar 5,59%.
    
"Namun demikian, jumlah pengangguran di Sumut justru meningkat menjadi 414.000 orang atau naik 11.000 orang dibandingkan Februari 2018 sebanyak 403.000 orang," ucap Syech Suhaimi.?
    
Syech Suhaimi menjelaskan, bertambahnya jumlah pengangguran karena terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 224.000 orang menjadi 7,45 juta di Februari 2019. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
    
"Dari penambahan 224.000 orang angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk bekerja sebanyak 213.000 orang, sedangkan yang menganggur 11.000 orang. Sehingga penduduk Sumut yang bekerja pada Februari 2019 menjadi 7,04 juta dan menganggur 414.000 orang," tutur ?Syech Suhaimi.
    
Syech Suhaimi ?menyebutkan, dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaaan cenderung lebih tinggi dibanding di pedesaan. "Pada Februari 2019, TPT di perkotaaan naik 0,51 poin menjadi 7,86%. Sementara TPT di pedesaan turun 0,55 poin menjadi 3,02%," ujar Syech Suhaimi.
    
Terkait tingkat pendidikan, pengangguran untuk lulusan perguruan tinggi paling tinggi dibanding tingkat pendidikan lainnya. Dengan itu, ia menjelaskan bahwa tercatat, pengangguran perguruan tinggi pada triwulan I-2019 sebesar 8,76%, naik dari Februari 2018 sebesar 8,35%. Tapi di periode sebelummya, TPT tertinggi adalah SMK. 

"Itu artinya, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan universitas dan diploma I/II/III," ujar Syech Suhaimi.
    
Sedangkan, ia mengatakan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah, paling kecil di antara  semua tingkat pendidikan yakni sebesar 2,94%.
    
"Jika dilihat dari sektornya, pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyerap tenaga kerja terbanyak dalam setahun belakangan dengan jumlah 2,846 juta orang, disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor sebanyak 1,235 juta orang, industri pengolahan sebanyak 560.000 orang, penyediaan akomodasi makan dan minum dengan jumlah 510.000 orang," jelasnya.