MUI Minta Polri Usut Aktor Intelektual Kericuhan di Bawaslu

Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi.
Sumber :
  • VIVA/Syaefullah

VIVA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta aparat Kepolisian menindak tegas aktor intelektual dan mengusut otak di balik kericuhan aksi unjuk rasa, di kantor Badan Pengawas Pemilu, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat dan sekitarnya. 

"Sehingga tidak menimbulkan fitnah, saling tuduh dan curiga di antara elemen masyarakat," kata Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa'adi dalam keterangan di Jakarta, Kamis, 23 Mei 2019. 

Atas kejadian itu, MUI menyampaikan keprihatinan dan duka yang sangat mendalam. "Peristiwa tersebut telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan korban luka-luka," ujarnya. 

Ia menilai, aksi kerusuhan tersebut merupakan bentuk tindakan brutal dan anarkis yang bertujuan ingin menciptakan kekacauan, konflik dan perpecahan di kalangan masyarakat, dengan cara memprovokasi dan mengadu domba di antara elemen bangsa.

"Aksi kerusuhan yang dilakukan pada bulan Ramadan sangat disesalkan karena telah menodai kesucian bulan yang sangat dimuliakan oleh umat Islam dan hukumnya haram," ujarnya. 

Dia meyakini, kerusuhan yang terjadi bukan dilakukan oleh para pengunjuk rasa dan peserta demonstrasi, tetapi dilakukan oleh sekelompok orang yang berniat jahat menginginkan Indonesia terkoyak dan tercerai berai. 

Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang, menjaga kondusifitas dan tidak terprovokasi melakukan aksi kekerasan dan tindak pelanggaran hukum lainnya. 

Kepada para elite politik, tokoh agama dan masyarakat untuk mengembangkan narasi kesejukan yang dapat mendorong terbangunnya rekonsiliasi nasional dan persaudaraan kebangsaan. "Dan meninggalkan narasi provokatif dan penuh kebencian yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," katanya. 

MUI mengapresiasi pasangan calon presiden yang berketetapan hati untuk menempuh jalur hukum, dalam menyelesaikan sengketa Pemilu. Hal tersebut merupakan bentuk kesadaran konstitusional dan memberikan pembelajaran berdemokrasi yang sehat, dewasa dan bermartabat. (mus)