Bangunan Diperkirakan Pentirtaan Era Majapahit Ditemukan di Jombang

Sebuah bangunan mirip saluran pertirtaan diperkirakan era Kerajaan Majapahit ditemukan warga di Dusun Sumberbeji, Kesamben, Jombang, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Sebuah bangunan menyerupai saluran pentirtaan era Kerajaan Majapahit ditemukan warga di Dusun Sumberbeji, Kesamben, Jombang, Jawa Timur. Situs itu diperkirakan bangunan kuno yang terpendam tanah.

Menurut arkeolog Badan Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, penemuan bermula dari kegiatan warga yang bakal membersihkan sumber air atau waduk kecil. Warga menamai tempat itu sendang. Mereka berencana mengangkat lumpur di sendang agar air kembali jernih sebab air di sana berfungsi sebagai saluran air irigasi persawahan warga.

"Ini waduk kecil fungsinya untuk pengairan persawahan. Saat membersihkan lumpur menemukan struktur batu bata, dan dibersihkan ternyata cukup dalam. Kita ke sana bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Jombang dan kepala desa setempat untuk melihat lokasi," kata Wicaksono, Selasa, 2 Juli 2019.

BPCB belum bisa mengeskavasi atau meneliti lanjutan karena sendang tertutup air. Aparat desa dan warga kemudian menyedot air dengan mesin diesel agar situs terlihat lebih jelas serta memudahkan penelitian.

Berdasarkan penampakan sementara, permukaan bangunan itu sepanjang 4,5 meter dan terlihat sedikit lengkungan bukaan selebar setengah meter. "Cuma ini perkiraan dari atas sendang belum secara detail. Ini masih bisa panjang lagi (saluran)," tutur Wicaksono.

BPCB datang ke lokasi untuk melihat dan mendata hasil temuan di area situs. Kemudian memastikan apakah benar benda purbakala yang memenuhi unsur cagar budaya. Juga melihat wujud situs dan menganalisis fungsi bangunan serta memperkirakan dibangun pada abad keberapa atau peninggalan kerajaan apa.

"Karena tadi di struktur ada di bawah sendang, kita butuh waktu enam jam untuk menguras. Akhirnya kita putuskan hari ini kita ulangi karena warga desa juga bakal ikut menguras air. Mereka antusias banget, dan kepala desa sangat antusias, karena kebetulan ini tanah kas desa, berharap ini situs dan bisa dijadikan sebagai wisata," kata Wicaksono.

Sumber mata air itu memang disakralkan oleh warga karena usianya yang cukup tua. Lokasinya berada di tengah area persawahan penuh dengan pohon besar. Letaknya satu kilometer dari permukiman warga. Informasinya debit air tak pernah berkurang, air tetap jernih, meski kemarau.

Hasil wawancara BPCB dengan warga, masyarakat setempat selama puluhan tahun tidak mengetahui ada struktur batu bata. Bahkan warga juga tidak mengetahui pasti apakah sumber air berasal dari lorong yang diduga mirip saluran ke pentirtaan.

"Ini bisa seperti lorong untuk menyalurkan air biasanya terkait bangunan pentirtaan. Di situs-situs lain juga ditemukan semacam ini yang mengarah ke pentirtaan. Paling penting ini sumber air dari mana mengalir ke mana. Mestinya ada bangunan besar, tapi kita masih menemukan bangunan kecilnya saja," ujar Wicaksono.

Dugaan sementara, bangunan ini merupakan peninggalan era Kerajaan Majapahit. Sebab, ukuran dimensi batu bata menyerupai di cagar budaya nasional Trowulan, Mojokerto. Namun, BPCB masih berusaha menggali temuan lepas. Seperti potongan guci, keramik atau tembikar yang bisa ditelusuri dari masa berapa proses pembuatannya.