Media Dianggap Tak Netral, Jurnalis Senior: Media Berpihak pada Publik

ILC
Sumber :
  • ILC

VIVA – Dua wartawan senior turut buka suara soal tudingan kubu 02 dalam Pemilu 2019. Media dianggap tidak adil dalam pemberitaan.

Salah seorang wartawan senior, Bambang Harymurti menegaskan, tidak ada di kode etik di jurnalistik itu netral, yang ada hanya independen. Menurutnya, jurnalistik itu berpihak, tetapi berpihak pada kepentingan publik.

"Bagaimana Pers Indonesia dalam kondisi sekarang, media mainstream yang taat kode etik tidak banyak sih memang. Mau siapapun, kalau dia taat kode etik adalah bagian dari pers. Tidak ada di kode etik netral, kami harus independen, jurnalistik itu berpihak kepada kepentingan publik," kata Bambang di acara ILC dengan tema Setelah Vonis MK: Seperti Apa Wajah Demokrasi Kita?," Selasa 2 Juli 2019.

Ia menjelaskan, persoalannya berbicara kepentingan publik saat ini untuk publik yang mana. Sebab, publik sejak kontestasi Pilpres sudah terbelah jadi 01 dan 02.

"Publik yang mana, karena sudah terbelah dari 01 dan 02. Kami terjepit, Tempo melihat lewat investigasi, kasus RS Sumber Waras, Ahok tidak salah, kami dianggap Ahokers. Tetapi, dalam reklamasi harus kami kritik," ujarnya.

"Untuk Gerindra mohon maaf, sudah berangkat dari awal memusuhi media, ketika wawancara, ah percuma kamu. Saya harus akui, sebetulnya kita problem di TV, indikasinya gampang kok, ketika ada sesuatu, lebih baik cuti, daripada melacurkan kode etik lebih baik cuti," tuturnya.

Di sisi lain, wartawan senior Asro Kamal mengatakan bahwa sejauh ini, media telah melakukan fungsinya. Ketika petugas KPPS ratusan yang meninggal tetap diberitakan. Apakah setelah itu media melakukan investigasi soal penyebab kematian? Itu kebijakan media masing-masing.

"Ada 700 orang meninggal itu diberitakan enggak? Iya, itu diberitakan. Tugas media untuk terus bertanya-tanya," kata dia.

Asro juga menyinggung soal penjelasan tentang adanya kelompok teroris yang akan menunggangi aksi 21-22 Mei 2019. Saat itu, semua media memberitakan. Tapi sayangnya, setelah terjadi aksi, tak banyak media yang melakukan investigasi, apakah benar ada kelompok teroris di balik aksi demonstrasi.