Makin Banyak Polisi Kegemukan, Bahkan Ada Berbobot 120 Kg Lebih

Personil polisi di Polda Jatim sedang mengikuti kegiatan latihan fisik untuk menurunkan berat badan mereka selama 2 minggu di Sekolah Polisi Nasional (SPN) Mojokerto.
Sumber :
  • abc

Seiring dengan meningkatnya kasus obesitas di tanah air, permasalahan yang sama juga menghantui korps kepolisian Republik Indonesia. Belakangan banyak personil Polri di sejumlah daerah terjaring razia program penurunan berat badan.

Obesitas di lingkungan Polri:

  • Lima puluh anggota polda Jawa Timur kedapatan obesitas dan wajib ikut program penurunan berat badan
  • Setelah ikut program 2 pekan, berat badan mereka turun 1-5 kg
  • Mabes Polri menerbitkan edaran agar satuan pelaksana tugas kepolisian mulai Polres, Polda hingga Polri melakukan upaya penanggulangan berat badan.

Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menjadi salah satu satuan pelaksana tugas kepolisian yang baru-baru ini menertibkan penampilan fisik personilnya.

Sebanyak 50 orang polisi yang kelebihan berat badan terjaring program diet dan penurunan berat badan yang diberi tajuk Program Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dilakukan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Mojokerto.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, ke-50 orang personil polisi itu berasal dari berbagai satuan kerja yang ada di Polda Jatim.

"Rata-rata mereka yang ikut program ini bobot tubuhnya diatas 90 kg. Bahkan ada yang diatas 120 kg. Ini kan gak bagus, bagaimana mereka melayani dengan cekatan kalau kegemukan. Kita perlu kegesitan dan keprimaan," kata Kombes Frans Barung Mangera.

Selama 2 pekan sejak 15-26 Juli 2019 kemarin, polisi yang rata-rata bertubuh gemuk dan perut buncit itu menjalani serangkaian kegiatan fisik seperti lari pagi, lari siang, fitness, ekspedisi darat, jalan cepat dan speed march serta kegiatan outbond.

Selain itu mereka juga dibekali materi psikologi, pola makan, dan menu yang disesuaikan untuk menunjang pencapaian tujuan dari program tersebut yang disusun oleh ahli gizi di Polda Jatim.

Kombes Frans Barung mengatakan setelah 2 pekan digelar, bobot tubuh puluhan personil yang ikut program ini susut secara signifikan antara 1-5 kg.

"Dari 50 orang, hanya 1 yang berat badannya tidak turun, yang lain sudah turun. Program ini akan kami evaluasi, Kemungkinan yang tidak berhasil turun atau yang masih gemuk akan kita ikutkan programnya lagi," tambahnya.

Tanggung jawab pribadi personil Program pengendalian berat badan personil polisi banyak dilakukan Polda di berbagai daerah.

Istimewa

Sementara itu, kondisi personil yang kelebihan berat badan terjadi di banyak daerah.

Oleh karena itu kegiatan memerangi obesitas sejenis yang dilakukan Polda Jatim juga banyak dilakukan oleh kepolisian daerah lainnya.

Polda Gorontalo, Sulawesi Utara misalnya pada bulan lalu melakukan pendataan berat badan personil dan berhasil mendapati beberapa personil dengan berat badan berlebih hingga mencapai 100 kilogram.

Kabid Humas Polda Gorontalo, Wahyu Tri Cahyono mengatakan personil yang kedapatan obesitas diberi target khusus untuk menurunkan berat badannya dalam program yang akan digelar awal Agustus mendatang.

"Tim SDM Polda Gorontalo sudah menyusun serangkaian kegiatan untuk membantu personil kami yang obesitas. Kemarin program pendataan kami sempat tertunda oleh tugas pengamanan pemilu." kata Wahyu Tri Cahyono.

Sementara itu mengenai penyebab banyak personil polisi yang kelebihan berat badan, Kombes Frans Barung lebih dipicu pada kurangnya kesadaran menjaga berat badan ideal.

"Karena mereka jarang olahraga, karena polisi tugasnya 1x24 jam jadi mana pernah sempat olahraga. Hari ini datang bertugas, tiba-tiba ada kejadian langsung berangkat lagi. Pola makan jadi tidak teratur, ya begitulah." papar Kombes Frans Bangun Mangera.

Data menyebut ada 1408 perwira polisi dan ASN yang meninggal dunia karena penyakit terkait obesitas, seperti penyakit jantung, stroke dan diabetes.

Istimewa

Alasan yang sama juga diungkapkan Kabid Humas Polda Gorontalo, AKBP Wahyu Tri Cahyono. Namun banyaknya tugas di belakang meja juga turut menyumbang masalah ini.

"Ada banyak personil yang melakukan tugas pembinaan maupun operasional di balik meja. Misal bagian administrasi surat menyurat, kemudian dioperasionalkan tidak semua reserse bertugas di lapangan."

"Ada yang melakukan pemberkasan. Ini bisa juga berpengaruh mereka jadi kurang bergerak." katanya.

Masih aksi sporadis

Sementara itu menanggapi banyaknya personil Polri yang obesitas, Mabes Polri seperti dijelaskan Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo telah menerbitkan edaran yang meminta satuan kerja kepolisian melakukan program pengendalian berat badan di kalangan personil.

"Dari SDM polri memang memiliki program agar anggota yang obesitas dari hasil riset kesehatan per semester untuk mengikuti program penurunan berat badan dari tingkat Polres, polda dan mabes."

"Tujuannya agar anggota menjadi sehat dan produktif." kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo.

Isu ini semakin menjadi sorotan, karena data bidang kedokteran dan kesehatan (Dokkes) Polri mencatat ada 1408 orang personil polri yang meninggal dunia karena penyakit terkait dengan obesitas, seperti sakit jantung, stroke dan diabetes.

Pengamat kepolisian sekaligus anggota Ombudsmand RI, Prof. Adrianus Meliala

Istimewa

Namun pengamat kepolisian yang kini anggota Ombudsman RI, Prof. Adrianus Meliala menilai polri belum serius menyikapi ancaman obesitas di lingkungan internal kepolisian lantaran program pengendalian obesitas ini masih berlangsung sporadis, sehingga dampaknya juga tidak terlalu signifikan.

"Sayangnya, program ini memang belum pernah dianggarkan di APBN, jadi kalau ada itu tergantung kreativitas kepala satuan wilayah masing-masing saja. Mengapa? karena ini mungkin ini belum dianggap sebagai masalah Polri di tingkat nasional dan ini dianggap sebagai tanggung jawab pribadi."

"Kalau memang anda kelebihan BB anda juga yang harus menurunkannya." papar pria kelahiran Bangka Belitung ini.

Selain itu, Adrianus Meliala juga mencatat obesitas rentan terjadi di kalangan personil polri di tingkat bintara.

"Kalo untuk tingkat perwira ada banyak tugas yang memaksa mereka untuk aktif menjaga penampilan samapta mereka."

"Misalnya ketika hendak sekolah atau ikut pelatihan, apalagi kali mau ikut ujian kenaikan pangkat itu mereka harus kurus, jadi mereka pasti akan latihan menjaga fisik."

"Situasi obesitas lebih rentan terjadi pada konteks polisi bintara. mereka praktis sangat kurang menghadapi situasi yang menuntut mereka untuk berpenampilan Samapta."

"Dan karena mereka pada dasarnya pelaksana di lapangan, mereka rawan bertemu orang masyarakat dan mereka juga didorong untuk berbaur dengan warga, dan itu ujung-ujungnya pasti makan," tambahnya.