Cara BIN 'Sembuhkan' Anggota TNI yang Terpapar Radikalisme

Ilustrasi anggota TNI
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

VIVA – Juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan H Purwanto menanggapi kabar anggota TNI yang terpapar radikalisme. Menurutnya, prajurit TNI yang terpapar radikalisme harus disterilisasi agar kembali mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Saat ini memang diperlukan adanya upaya sterilisasi kepada orang-orang yang terpapar ideologi lain selain Pancasila," kata Wawan di sela-sela diskusi kebangsaan "Quo Vadis Indonesia" yang digelar Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) bersama Uniti Indonesia, di Museum Nasional, Jakarta, Rabu 6 Agustus 2019.

Wawan mengatakan hal itu menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menyebutkan sebanyak tiga persen anggota TNI terpapar radikalisme karena sikapnya sudah tidak berpegang lagi pada nilai nilai Pancasila.

"Itu tentu ada dasarnya di mana Menteri menyatakan seperti itu. Diupayakan supaya ada sterilisasi supaya tidak meluas dan melebar," ujarnya.

Menurutnya, sterilisasi menjadi penting agar ideologi radikal menjadi teredam. Sehingga orang orang yang terpapar terutama anggota TNI bisa kembali mencintai Pancasila dan memegang teguh NKRI. 

"Harus diupayakan supaya bisa menjadi netral. Syukur malah jadi kembali mendukung NKRI, sehingga ini menjadi menjadi kewajiban kita semua supaya satu visi dan misi bahwa kecintaan NKRI harga mati. Masalah radikalisme menjadi warning bagi kita semua bahwa ini sungguh merupakan ancaman dan itu tidak boleh terjadi," tegasnya.

Ketua Umum Yayasan Solusi Pemersatu Bangsa, Baskara Sukarya menambahkan, ideologi radikal juga sudah masuk ke ranah para pelajar. 

"Yang paling kami sedihkan lebih dari 23 persen pelajar, generasi penerus kita dan mahasiswa tidak peduli dengan Pancasila bahkan mendukung agar negara indonesia menjadi negara khilafah," kata Baskara.

Menurutnya, generasi penerus yang akan memegang estafet keberlanjutan bernegara tentu harus dibekali kembali dengan pendidikan bagaimana menghidupkan kembali pendidikan, penghayatan dan pengamalan Pancasila.

"Kita harus membuat kurikulum yang membangkitkan rasa nasionalisme, rasa cinta bela terhadap negara dan menghormati budaya serta kearifan lokal yang telah ditinggalkan para leluhur kita agar bisa tauladan sebagai insan Pancasila. Kita harus Bhinneka Tunggal Ika," katanya.