Kisah Histeris Sukiyem di Kebakaran Kilang Pertamina

Kilang Pertamina di Balikpapan terbakar, Kamis 15 Agustus 2019 (TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN)
Sumber :
  • BBC

Kebakaran pipa terjadi di dalam kilang Pertamina Refinary V, Balikpapan, Kamis (15/08). Meski api telah padam, warga khawatir kebakaran bakal melebar dan berdampak pada kualitas udara di pemukiman mereka.

Namun Pertamina menyatakan kebakaran telah ditangani dan tidak bakal merusak lingkungan sekitar. Layanan medis mereka siapkan bagi warga terdampak.

Sukiyem, warga Kecamatan Balikpapan Tengah, kaget saat api berkobar besar ke udara dari dalam kilang. Rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari kawasan pengolahan minyak Pertamina itu.

"Kejadian sekitar jam 9 pagi. Anak-anak bilang ada kebakaran. Kami ke atas dan lihat apinya membesar. Listrik sempat mati, lalu nyala lagi," ujarnya.

Sukiyem mengisahkan pengalamannya kepada Debi Aditya, wartawan di Balikpapan yang melaporkan kejadian ini untuk BBC News Indonesia.

Kekhawatiran Sukiyem bertambah karena mendengar sirene dari dalam kilang. Ia berkata, sirene itu berbunyi jika terdapat potensi bahaya.

"Saya sekeluarga sudah siap-siap. Sudah mengumpulkan surat-surat dan barang berharga," tuturnya.

Meski begitu Sukiyem batal mengungsi. Saat ditemui di rumahnya, Pertama mengklaim tengah memadamkan api dengan menyiramkan buih atau busa.

Kepanikan warga akibat kebakaran ini juga dituturkan Santoso. Sebagian penghuni pemukiman bersiap menyelamatkan diri tanpa mengetahui penyebab dan titik persis api.

Bagaimanapun, ia mengaku tak panik karena pernah bekerja di dalam kilang Pertamina itu.

"Bagi saya kejadian ini biasa karena ada suling yang berbunyi, tapi warga tadi memang sempat panik," ujarnya.

Titik kebakaran ini berada di kilang Pertamina di sekitar Pelabuhan Semayang dan Jalan Minyak, Balikpapan. Asap hitam pekat terlihat melambung ke udara. Lalu lintas daerah itu pun sempat ditutup.

Pejabat hubungan masyarakat Pertamina wilayah Kalimantan, Heppy Wulansari, mengklaim pihaknya sudah dapat mengatasi kebakaran.

Heppy berkata, proses pendinginan tengah dilakukan sebelum investigasi dimulai untuk mencari penyebab dan kerugian akibat kejadian ini.

"Dampak untuk masyarakat sekitar kilang sudah kami antisipasi. Tadi api memang cukup besar, karena angin, sempat mengarah ke perumahan warga."

"Kami juga sudah bagikan masker," tuturnya.

Heppy mengklaim, asap kebakaran pipa minyak ini tak akan merusak kualitas udara Balikpapan. Kalaupun terdapat penduduk yang mengalami gangguan pernafasan, Pertamina disebutnya akan menyediakan tenaga medis.

Lebih dari itu, Pertamina menjamin kebakaran pipa ini tidak akan mempengaruhi ketersediaan bahan bakar dan gas LPG untuk kawasan Kalimantan dan Indonesia Timur.

Sejak Mei lalu, Pertamina menjalankan tahap satu pengembangan kilang Balikpapan. Proyek yang ditargetkan selesai 2023 dan berbiaya US$5,3 miliar itu digelar untuk meningkatkan kuantitas produk BBM dari standar euro II ke level IV.

Proyek itu juga digelar untuk menggenjot produksi minyak dari 260 ribu barel per hari ke angka 360 ribu barel.

Kebakaran ini terjadi kurang sebulan setelah kebocoran gas dan minyak pada proyek Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java.

Kebocoran itu mencemari lautan Karawang, Bekasi, dan Jakarta. Akibat pencemaran daerah perikanan tersebut, pendapatan nelayan lokal terguncang.

Sementara itu, April 2018, minyak Pertamina juga tumpah di Teluk Balikpapan. Karyawan perusahaan pelat merah itu ditetapkan sebagai tersangka dalam kejadian yang merusak ekosistem laut tersebut.