Warga Probolinggo Manfaatkan Kotoran Sapi Untuk Gantikan Elpiji

Warga Desa/Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, sedang mengolah kotoran sapi jadi biogas. (FOTO: Dicko W/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Warga Desa/Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur,  kini mulai memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas sebagai bahan bakar untuk memasak pengganti gas elpiji tiga kilogram.

Warga memanfaatkan kotoran sapi yang diolah menjadi biogas ini sejak lima bulan terakhir. Menurut warga, dengan adanya biogas ini lebih menghemat biaya belanja setiap harinya. Biasanya menghabiskan satu tabung gas elpiji tiga kilogram setiap lima hari sekali, kini dengan bantuan kotoran sapi itu tak perlu lagi membeli gas elpiji.

Tak hanya digunakan untuk bahan bakar untuk memasak. Biogas ini juga berfungsi untuk lampu sebagai penerangan dalam rumah tangga mereka, yaitu dengan menggunakan jenis lampu petromax. Petromax biasanya menggunakan bahan bakar spirtus, dengan menggunakan balon lampu yang terbuat dari kain.

Kini dengan biogas, kompor untuk memasak tak menggunakan gas elpiji lagi, dan lampu strongkeng itu kembali digunakan lagi oleh warga. Setiap pagi, warga yang menggunakan kotoran sapi sebagai biogas itu harus rajin membersihkan kandang sapi dan mengambil kotorannya untuk diolah dimasukan ke jurang penampungan.     

Untuk prosesnya, kotoran sapi yang berada di penampungan bak semen yang rata-rata berada di sebelah dapur.  Setelah diberi air secukupnya sesuai dengan banyaknya kotoran, kotoran sapi kemudian diaduk-aduk dengan adukan dari besi.

Proses berikutnya hasil olahan masuk ke tabung terbuat dari fiberglass yang telah ditanam di tanah  dengan kedalaman dua meter dan kedap udara.

Setelah terproses kemudian disalurkan ke bak penampungan lainnya yang juga terbuat dari semen. Gas pun mengalir dari pipa yang mengalir ke kompor di dapurnya. Jarak pipa penyaluran menuju dapur sekitar 40 meter, kompor sudah teraliri gas dengan api berwarna biru layaknya ketika memasak menggunakan gas elpiji.

Sebelum menjadi api yang disalurkan langsung ke kompor, kotoran sapi itu masih diolah dengan cara diaduk dengan alat yang ada agar halus. Selanjutnya dilakukan penyaringan agar memunculkan gas natural.

Siti Williyah, salah satu ibu rumah tangga yang memanfaatkan biogas untuk kebutuhan memasak mengakui dengan adanya biogas ini, dirinya tak lagi kesulitan membeli elpiji tiga kilogram.

“Sangat hemat pengeluaran belanja dan pembayaran listrik. Karena biogas ini selain digunakan untuk memasak juga bisa digunakan untuk lampu. Biasanya sebulan menghabiskan tiga tabung gas elpiji, sekarang sudah gak lagi, pembayaran listrik juga berkurang,” ucap Siti, Rabu (4/9/2019).

Sementara itu, Kepala Desa Krejengan, Nurul Huda mengatakan, ide membuat biogas mini ini muncul dari kondisi yang dialami warga setempat terutama ketika masuk bulan Ramadan lalu masyarakat sering kesulitan mencari gas elpiji. Akhirnya muncul ide untuk membuat kompor berbahan bakar biogas, namun dengan ukuran lebih ringkas.

"Didukung potensi masyarakat Desa Krejengan, yang banyak memiliki hewan ternak sehingga bahan biogas kotoran sapi sangat mudah didapat. Hampir semua kotoran ternak, baik sapi, kerbau dan kambing, bisa diolah menjadi biogas mengantikan elpiji,” papar Nurul Huda, yang juga menjabat Ketua APDESI Kabupaten Probolinggo ini.