Banten Berdarah, 2 Wanita Diperkosa dan Dibunuh

Garis polisi di suatu lokasi perkara (foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

VIVA – Asih mungkin tak pernah mengira perjalanannya menuju ke Bogor bersama sahabatnya berinisial O, merupakan perjalanan terakhirnya di dunia ini.

Sebab, ternyata O tak sungguh-sungguh untuk mengajaknya menuju Kota Hujan itu untuk tujuan yang baik. Perjalanan ke Bogor hanyalah modus O untuk bisa memanfaatkan nyawa dan kehormatan Asih sebagai syarat persekutuannya O dengan iblis.

Bagaimana tidak, nyatanya sesampai di Bogor, Asih malah dibawa ke rumah kontrakan O di wilayah Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Namun bukan untuk beristirahat atau juga bersenda gurau layaknya seorang teman. Asih malah diserahkan pada suami O untuk dibunuh.

Pembunuhan itu berlangsung pada 18 Agustus 2019, mulanya O mengajak Asih ke rumah kontrakannya, lalu wanita 45 tahun itu ditinggalkan seorang diri di dalam rumah.

Tak lama kemudian, suami O yakni W masuk ke dalam rumah itu. Namun, di dalam rumah itu, W tak langsung membunuh Asih, dia terlebih dahulu memperkosanya.

Dan yang paling biadabnya, karena Asih melawan, W mengikat dan mencekiknya sampai lemas. Dalam kondisi sekarat, W menyetubuhinya.

Setelah puas dengan perbuatan bejat itu, W dan O membawa jasad Asih dengan menggunakan mobil. Tujuan mereka yakni wilayah barat, ke tepian wilayah Banten yang memang terkenal sepi dan jauh dari pemukiman penduduk.

Lokasi yang mereka pilih untuk membuang Asih ialah di semak-semak lahan pertanian milik warga di Kampung Cigereweuk, Desa Cilangkap, Kecamatan Maja, Lebak, Banten.

Tubuh Asih pun ditarik keluar dari mobil dan diseret ke lokasi. Dan tanpa merasa berdosa sedikitpun, O dan W pergi begitu saja meninggalkan Asih, sampai akhirnya pada 24 Agustus 2019, Asih ditemukan warga dalam kondisi sudah membusuk.

Kenapa Asih dibunuh dengan cara seperti itu? Tak ada kejahatan yang sempurna, kalimat ini yang dilupakan O dan W. Mereka pun diringkus polisi setelah petugas menemukan foto mereka bertiga sebelum bertolak ke Bogor.

Dan yang paling mengejutkan, O dan W mengaku membunuh Asih untuk dijadikan tumbal pesugihan agar bisa kaya raya. Mereka menghabisi nyawa Asih atas petunjuk guru spritual mereka melalui mimpi.

"Sebelum korban dibunuh, pelaku melakukan prosesi ritual. Ada peralatan lilin dan lainnya," ujar Kepala Polres Lebak, AKBP Dani Arinto.

O dan W diringkus di wilayah Cilacap, Jawa Tengah, saat itu mereka hendak mendaki gunung ke sebuah tempat keramat yang diyakini sebagai lokasi pesugihan.

30 Agustus 2019

Belum tuntas kepolisian melepas lelah usai mengungkap pembunuh Asih. Lagi-lagi seorang wanita ditemukan tak bernyawa. Dia seorang gadis berusia 13 tahun, warga Suku Badui. Namanya diinisial SW.

SW ditemukan bersimbahdarah di dalam gubuk tempat tinggal orangtuanya di sebuah kebun di Kampung Kadu Heulang, Desa Cisimeut Raya, Kabupaten Lebak, Banten.

Banten kembali gempar, jasad SW ditemukan benar-benar dalam kondisi sangat menyedihkan. Lehernya tergorok, kedua tangannya nyaris putus dan dipenuhi luka-luka bekas bacokan golok.

Kasus pembunuhan SW sempat membingungkan polisi, sebab tak ada seorang pun saksi mata yang melihat. Sebab memang gubuk korban berlokasi cukup jauh dari rumah warga lainnya.

Namun kembali harus diingat, tak ada kejahatan yang tak meninggalkan jejak. Tak jauh dari jasad SW polisi menemukan sebuah gelang. Dan ternyata setelah diselidiki gelang itu menjadi petunjuk utama mengusut tuntas kasus ini.

Dalam beberapa hari kemudian, polisi menangkap dua pemuda berusia belasan tahun. Mereka adalah AR (15 tahun) dan F (17 tahun) warga tetangga desa korban.

Lalu, polisi kembali meringkus pemuda belasan tahun juga di hutan wilayah Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Dia adalah AMS, pelaku utama pembunuhan sadis itu.

Dan yang paling membuat polisi terkejut, dari pengakuan ketiga pelaku, mereka memperkosa gadis kecil itu saat dia sedang meregang nyawa.

"Saat korban meregang nyawa, pelaku secara bergiliran memperkosa korban yang mandi darah. Usai melampiaskan nafsu bejadnya ketiga pelaku melarikan diri meninggalkan korban," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Banten, Kombes Pol Novri Turangga.

Kedua kasus pemerkosaan dan pembunuhan ini menjadi pukulan telak warga Banten. Apalagi terjadi beruntun dalam dua pekan.

Para pelaku telah mencorengkan aib di tanah Banten. Asih dan SW menjadi korban dari para penyembah nafsu birahi dan harta dunia.

Namun di balik semua itu, Pemerintah Provinsi Banten harus segera mengkoreksi diri. Wahidin Halim selaku pemimpin tertinggi tak boleh cuma diam-diam saja dengan yang telah terjadi di wilayah yang dia pimpin.

Sebab apa yang terjadi pada Asih dan SW merupakan bukti bahwa semboyan Iman dan Takwa yang melekat pada Provinsi Banten, sampai saat ini hanya sebatas kalimat penghias logo daerah saja.

Jika Wahidin Halim dan para pembantunya masih tak peduli dengan tragedi berdarah ini. Maka Banten dipastikan tak aman lagi bagi kaum hawa. Siapa saja dan di mana saja keselamatan mereka terancam.

Kita patut mengapresiasi kinerja jajaran Polda Banten, karena berhasil mengungkap kedua kasus itu. Tapi, kepolisian hendaknya juga sadar, keberhasilan polisi sesungguhnya adalah mengantisipasi sebelum terjadi.

Kita berharap tak ada lagi nyawa para wanita melayang sia-sia, tak ada lagi kehormatan wanita yang direnggut paksa di tanah para ulama dan jawara. Semoga saja.