Kementan: Air dan Alsintan Penting dalam Usaha Tani

Brigade Alsintan Kementan.
Sumber :

VIVA – Air menjadi salah satu faktor penting dalam usaha tani. Karena itu di tengah perubahan iklim, pemanfaatan air seoptimal mungkin menjadi sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian.

Apalagi saat bersamaan pemerintah juga mendorong modernisasi pertanian melalui bantuan alat mesin pertanian (Alsintan). Dengan dua faktor tersebut (air dan alsintan), pertumbuhan ekonomi yang disumbangkan dari sektor pertanian bisa naik hingga 10 persen.

Z3Karena itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta semua pihak untuk memanfaatkan air untuk kebutuhan pertanian. Apalagi air hujan yang turun ke Indonesia sebanyak 20-30 ribu kubik per hektar per tahun. Sedangkan kebutuhan hanya 10 ribu kubik per hektar per tahun, sisanya 80 persen terbuang ke laut.

Padahal jika air tersebut ditampung dan dimanfaatkan dengan baik, pertumbuhan ekonomi dari pertanian bisa mencapai 10%. 

"Kita kalkulasi, tanah di Indonesia ada sebanyk 46 juta hektar, rain-fed land sekitar 4 juta yang hanya bisa tanam 1 kali. Rata-rata pertanaman (planting indek) di Indonesia hanya 1,7 kali dalam setahun. Padahal luasnya 8,7 juta hektar. Harusnya bisa tanam 3 kali atau dalam 2 tahun bisa minimal 7 kali tanam," beber Mentan Amran, Minggu (6/10).

Selain faktor air, pertumbuhan ekonomi juga bisa dipacu dengan modernisasi dan digitalisasi pertanian yang tengah dilakukan saat ini. 

"Dulu tanam butuh waktu sampai 3 bulan, olah tanah butuh waktu 25 hari, begitu juga panen, per orang per hektar butuh waktu sampai 25 hari. Belum lagi tertunda untuk syukuran dulu, keburu habis itu air untuk tanam. Kalau sekarang dengan modernisasi bisa dilakukan hanya 3 jam saja (dari olah tanah dan saat panen)," tuturnya.

Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, dengan tersedianya air dan modernisasi yang sudah ada sekarang, petani bisa melakukan efisiensi waktu. Kementan pun sudah memiliki alat pengolah panen (combine) yang dikombinasikan dengan pengolah lahan (rotavator) sehingga setelah panen, bisa langsung mengolah lahan.

"Mimpi kami adalah panen, ngolah langsung tanam pakai drone. Tidak perlu sentuh tangan. Yang muda tinggal lakukan dari bawah pohon. Tinggal kontrol lewat GPS, hanya butuh 5 jam," kata Sarwo Edhy.

Tercatat, hingga sekarang pertumbuhan ekonomi yang disumbang oleh pertanian baru mencapai 3,7 persen. 

"Dengan indeks pertanaman yang naik hingga 2 maupun 3 kali lipat, maka produktivitas naik, ekspor naik, pertumbuhan ekonomi naik, investasi naik dan hilirisasi naik, industri berkembang, petani sejahtera. Ini luar biasa," katanya.

Sebagai gambaran, pada periode 2012-2018, pertumbuhan ekonomi nasional (PDB nasional atas dasar harga konstan 2010) cenderung mengalami penurunan dari 5,56 persen ke 5,17 persen. Namun, pada kurun waktu yang sama, pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan secara umum justru naik dari 3.85% menjadi 3.91%. 

Pada periode tersebut PDB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan telah naik 25?ri Rp 1039 triliun ke 1307 triliun yang merefleksikan peningkatan produksi sektor ini.  Peningkatan terbesar pada 1 tahun terakhir terjadi pada tanaman hortikultura (6.99%) dan perikanan (5,2%) yang bahkan melampaui pertumbuhan PDB nasional (5.17%). 

Peningkatan PDB ini mencerminkan peningkatkan produksi dan nilai tambah yang terjadi dalam kurun waktu tersebut. PDB pertanian terbesar disumbang oleh tanaman perkebunan (3,30%) dan tanaman pangan (3,03%). 

"Hal ini dapat dipahami mengingat tanaman perkebunan merupakan andalan ekspor sedangkan besarnya PDB tanaman pangan didorong oleh kebutuhan konsumsi domestik yang juga sangat besar," pungkasnya.