Prabowo Sebut Pertahanan Indonesia Defensif, Inikah Alasannya?

Menhan Prabowo Subianto.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan bahwa sistem pertahanan Indonesia tak lagi bersifat ofensif, tapi defensif. Hal itu disampaikan saat melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR RI di Gedung DPR pada Senin, 11 November 2019.

"Jadi wawasan kita defensif. Wawasan menjaga kedaulatan kita. Kita tak berniat mengganggu bangsa lain. Pimpinan politik kita, saya yakin saudara-saudara sekalian yang memegang mandat dari rakyat, kita tak ingin ganggu bangsa lain mana pun tapi kita tak boleh membiarkan kepentingan kekayaan kita diganggu bangsa lain" tutur Prabowo, seperti dikutip dari VIVAnews.

Mengenai pertahanan defensif, Direktur Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi menjelaskan bahwa sistem pertahanan Indonesia defensif itu ada tiga hal alasannya. Pertama, karena Indonesia sebagai negara dengan sistem politik luar negeri bebas aktif.

“Jadi, kita tidak bisa vulgar agresif dan sebagainya,” kata Muradi saat dihubungi VIVA, Selasa, 12 November 2019.

Kemudian, dia menambahkan, ini menyangkut soal kesiapan Indonesia sebagai suatu negara secara sistem pertahanan dengan tidak menyiapkan model pertahanan yang agresif dan ofensif.

“Makanya, kemudian yang didorong normatif, model defensif, di mana orang dicolek dulu baru merespons,” jelas dia.

Ketiga, Muradi menyebutnya bagian dari pilihan sistem pertahanan Indonesia. Karena, dari awal memang sistem pertahanan Indonesia tidak ingin agresif, mengingat Indonesia sadar bukan negara yang memiliki aliansi seperti negara Singapura, Malaysia atau negara-negara lain.

“Problem kita tidak punya aliansi karena sistem politik luar negeri kita itu bebas aktif, makanya kita tidak punya aliansi,” katanya.

Ia mencontohkan, aliansi itu seperti Singapura, Filipina, Thailand, di mana senjata atau alat utama sistem persenjataan (alutsista) dibantu oleh Amerika Serikat. Kemudian, Malaysia dibantu oleh Inggris dan lainnya. Tapi, Indonesia tidak punya aliansi dengan negara luar.

“Makanya kita harus mandiri sebagai negara, baik industri maupun sebagai penjual. Makanya pengembangan industri pertahanan lebih efektif,” ujar Muradi.

Sistem pertahanan defensif sejak kemerdekaan

Sementara Pengamat Intelijen dan Pertahanan, Susaningtyas Kertopati alias Nuning menjelaskan bahwa sistem pertahanan negara defensif aktif adalah doktrin pertahanan negara yang dianut sejak Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 silam.

“Sistem pertahanan tersebut bersumber dari nilai-nilai kejuangan 1945 yang menyatakan Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan,” kata Nuning kepada VIVA.

Menurut dia, sistem pertahanan negara defensif aktif dijabarkan dalam bentuk sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata), yang kemudian disebut sistem pertahanan semesta (Sishanta).

“Defensif aktif, artinya kekuatan TNI dibangun untuk mempertahankan integritas wilayah NKRI. Tidak ditujukan untuk melakukan ofensif ke negara lain,” ucap dia.

Nuning menambahkan, sistem pertahanan negara defensif aktif juga selaras dengan politik luar negeri bebas aktif. Politik luar negeri tersebut, kata dia, menjadi landasan yang kuat bagi TNI untuk bebas menjalin kerja sama internasional dengan semua negara (tidak bergantung pada blok tertentu).

“Dan aktif menjalin kerja sama tersebut sesuai kepentingan nasional Indonesia dan perdamaian dunia,” katanya.

Meskipun defensif, menurut Nuning, tapi TNI dituntut aktif untuk melakukan antisipasi perkembangan lingkungan strategis. Kemudian, TNI harus aktif menggelar operasi militer untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman yang faktual dan potensial.

“TNI harus aktif menjalin kerja sama militer pada tataran regional dan internasional untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman sesuai hukum nasional dan hukum internasional,” tutur dia.

Oleh karena itu, postur pembangunan kekuatan TNI yang dikenal dengan minimum essential force (MEF) merupakan jabaran dari sistem pertahanan negara defensif aktif.

“TNI juga lebih menonjolkan alutsista yang memiliki dampak penangkalan yang tinggi,” katanya.