Ganasnya Harimau Sumatera, Teror Warga dan Mangsa Banyak Ternak

Petugas BKSDA Sumatera Barat Wilayah I
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA – Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Sumatera Barat Wilayah I merilis, empat ekor kambing ternak warga di Jorong Kampung Padang Nagari Aia Manggih Barat, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, menjadi mangsa Harimau Sumatera

Menurut laporan BKSDA, sejak sepekan belakangan ini, satwa liar yang memiliki nama latin Panthera tigris Sumatrae itu mengganas dan mulai menampakkan diri ke pemukiman warga. Bahkan mencoba memangsa ternak yang dijumpainya.

“Tercatat ada empat ekor ternak kambing warga dilaporkan diserang oleh satwa liar yang diduga kuat adalah Harimau Sumatera,” kata Kepala Seksi Konservasi BKSDA Wilayah I, Khairi Ramadhan, Rabu 13 November 2019.

Khairi menuturkan, sejak Rabu pekan lalu, BKSDA sudah mengerahkan tim untuk memantau dan berpatroli. Berdasarkan hasil data lapangan yang dikumpulkan, tim memutuskan memasang box trap (perangkap kandang) sebagai upaya untuk menangkap dan mengevakuasi Harimau Sumatera yang saat ini sudah mulai meresahkan warga setempat.

Menurut Khairi, upaya pemasangan box trap atau upaya menangkap satwa liar yang dilindungi itu, mengingat kejadian konflik Harimau Sumatera di lokasi ini, yang telah berulang kali terjadi. Bahkan, pengusiran yang dilakukan sebelumnya, juga tidak membuahkan hasil.

Khairi mengatakan terakhir kali serangan Harimau Sumatera terjadi pada Sabtu 9 November 2019 sekitar pukul 17.00 WIB. Satu ekor kambing milik Anton, warga jorong Kampung Padang Nagari Aia Manggih Barat mati akibat diterkam satwa tersebut. Namun satwa tidak berhasil membawa lari ternak karena melihat pemilik mendekati.

Sebelumnya, pada Juli lalu, ujar Khairi, di dekat lokasi yang sama juga terjadi konflik antara manusia dan satwa liar. 14 ekor ternak warga dimangsa oleh satwa liar yang diduga jenis Harimau Sumatera.

Pada saat itu, BKSDA memasang empat unit kamera penjebak (camera trap) untuk memantau keberadaan dan pergerakan si Raja Rimba itu. 

Selain itu, pengusiran juga dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian selama hampir satu pekan. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat itu, Harimau Sumatera itu diketahui telah kembali ke habitatnya di hutan lindung Tonang Talu.

“Tujuh orang personil dari Resor Pasaman kita kerahkan kemarin untuk memantau dan patroli. Akhirnya kita memutuskan untuk memasang perangkap guna mengevakuasi satwa langka tersebut. Kita menduga, penyebab terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar ini, disebabkan menyempitnya area habitat satwa akibat alih fungsi lahan,” kata Khairi.