Kakinya Hilang Kena Ranjau, Kopral Mugiyanto Bangkit Kini Sukses Usaha

Prajurit TNI AD, Kopral Mugiyanto
Sumber :
  • www.tniad.mil.id

VIVA – Seorang prajurit TNI AD, Kopral Mugiyanto kehilangan satu kaki kanannya akibat terkena ranjau saat tugas di Ambon pada 2000 hingga 2001. Meski sempat mengalami musibah dan putus asa ketika kakinya diamputasi, Kopral Mugiyanto anggota Koramil 19/Borobudur, Kodim 0705/Magelang, kini berhasil menjadi pengusaha lengkeng yang sukses bersama warga sekitar.

“Saat itu pukul 10.00 WIB, saya melaksanakan patroli dengan tim, tidak jauh, kurang lebih 200 meter dari pos penjagaan. Saat berjalan di sebuah lahan kosong, tiba-tiba ranjau tanam mengenai saya,’’ ujarnya dikutip dari laman Tniad.mil, Rabu 20 November 2019.

Setelah kejadian itu, Mugiyanto yang bertugas di tengah konflik Ambon bersama Satgas Yonif 408 itu, dibawa ke rumah sakit dan selama sepekan saya tidak sadar. Akhirnya dia dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Setelah bangun dari koma, Mugiyanto sempat tidak percaya apa yang telah menimpanya kepadanya, hingga pernah mengalami putus asa dan pernah terpikir olehnya untuk mengakhiri hidupnya.

“Untung lah ada kekasih saya (saat ini menjadi isteri), yang menjadi penyemangat hidup, yang mana dirinya menerima apa yang telah terjadi di kehidupannya saat itu," jelasnya.

Kekasih yang kini menjadi istrinya itu menginspirasi dan menjadi motivasi serta membangkitkan kembali semangat hidup Mugiyanto. Namun tetap saja terbersit dalam pikiran mengenai ketidaksempurnaan dirinya.

Waktu terus berlalu, setelah Mugiyanto bergabung dalam anggota Koramil 19/Borobudur dan dengan keuletan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, dia bangkit menjadi pribadi yang luar biasa, yaitu menjadi petani yang sukses.

“Memang sebelum musibah itu terjadi, saya suka dengan dunia pertanian, dan saat ini, dunia pertanian lah yang menjadikan hidup ini merasa kembali setelah keterpurukan yang menimpa diri saya," ucapnya.

Menyalurkan minatnya tersebut, Mugiyanto menyewa lahan milik desa seluas 1,2 hektar dan menanaminya sekitar 230 pohon kelengkeng Kateki.

“(Kelengkeng Kateki) berkualitas unggul, dompolannya bisa mencapai berat antara 3 hingga 4 kg. Selain buahnya relatif besar antara 15,9 hingga 20,7 gram per buah, juga memiliki daging tebal, bertekstur kering dan renyah, juga kandungan airnya rendah dan tidak becek,” jelas Mugiyanto.

Dari hasil pertanian kelengkeng tiap tahunnya, hasilnya dapat dinikmati tidak hanya dia sendiri, melainkan juga masyarakat sekitar.

“Alhamdulillah, saat ini bukan hanya kebutuhan yang sudah terpenuhi, bahkan saya juga dapat memberi manfaat kepada warga sekitar Borobudur dalam mengembangkan pupuk organik yang saya gunakan,” kata dia.