Mulai Musim Hujan, Pengusaha Pastikan Stok Bawang Masih Aman

Petani memanen bawang merah di Kampung Tugu, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Bawang menjadi salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat, terutama untuk dijadikan sebagai bumbu dalam berbagai masakan. Tak heran jika ketersediaan bawang di pasaran harus mendapat perhatian. Apalagi saat mulai masuk musim penghujan seperti sekarang.

CEO Tani Unggul Trading Nusantara, William Salim mengatakan, memasuki musim hujan perlu ada antisipasi terhadap kenaikan harga bawang merah. Sebab, hujan deras bisa mengakibatkan petani bawang gagal panen.

Dia mengatakan, setok bawang merah dan bawang putih saat ini masih aman hingga bulan Januari 2020. Lalu, untuk menjaga kualitas juga dilakukan planning penanaman yang baik dan tim petani solid.

“Jadi, harga dan produk bawang tetap bisa dijaga. Untuk harga bawang merah kita beli dari petani Rp35 ribu- Rp40 ribu, jauh lebih mahal dari harga jual di Pasar Induk kisaran Rp22 ribu-Rp24 ribu. Kita beli lebih mahal untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya di di Jakarta, Sabtu 23 November 2019.

Baca juga: Cabut Tenggelamkan Kapal Asing, Pengamat: Menterinya Kurang Pintar

Dengan harga tersebut, William tidak setuju apabila ada pihak yang menyebut dalam produk bawang merah dan bawang putih dimunculkan istilah kartel. Sebab, di bidang pertanian itu tidak ada kartel, yang ada hanyalah ketersediaan stok maupun jumlah permintaan pasarnya saja.

“Kita bilang di pertanian sebenarnya itu hanya masalah cuaca, setok suplai di mana saja,” jelas dia.

William juga menyoroti langkah pemerintah yang tidak mau lagi melakukan impor bawang putih. Ia mendukung upaya Presiden Joko Widodo yang tidak lagi melakukan impor bawang dan mengharuskan swasembada secara bertahap. Menurutnya, bawang merah merupakan tanaman yang nantinya bisa dibuat swasembada.

Dia mengatakan, sebenarnya untuk bawang merah sudah dilakukan penanaman sendiri oleh Petani, sehingga nantinya bisa dihentikan untuk impor. Tetapi, item-item lain seperti bawang putih dan bawang bombai, itu tampaknya masih harus tetap impor supaya seimbang. Sebab, jika semua jenis bawang disudahi proses impornya, bisa berdampak negatif ke depannya.

Saat Indonesia berhasil melakukan swasembada, bahkan setoknya melimpah dan bisa dilakukan ekspor, bisa jadi negara lain tidak mau menerima bawang yang dikirimkan karena Indonesia juga tidak menerima bawang dari negara lain.

"Anda saja enggak mau impor dari saya, masa saya harus menerima barang dari anda,” tuturnya.