True Story Seorang Vaper: Keluarga, Anak, dan Istri yang Paling Happy

Ilustrasi vape.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Banyak orang sudah beralih menggunakan vape untuk mengurangi dampak buruk dari merokok konvensional. Salah satu yang beralih menggunakan vape adalah Dimasz Jeremia. Dimasz adalah pengguna vape sekaligus Ketua Penasihat Asosiasi Vapers Indonesia (AVI). 

Dirinya telah beralih menggunakan vape selama delapan tahun setelah 20 tahun merokok. Awalnya, Dimasz terdorong untuk berhenti merokok setelah orang tuanya mengalami sakit akibat rokok. Namun dalam perjalanannya, ia kerap mengalami kegagalan. 

Dalam salah satu episode lifestyleOne, Dimasz mengatakan bahwa hanya ada sekitar 4% perokok yang berhasil berhenti. “Akhirnya gue mengerti bahwa berhenti merokok adalah suatu proyek besar untuk para perokok. Nah, di setiap proyek besar pasti ada milestones dan baby steps-nya, ngga bisa langsung sempurna. Jadi, goal-nya diubah, sebelum sempurna (yaitu berhenti total), lebih baik dulu deh,” ujar Dimasz.

Ia kemudian menjelaskan bahwa sejak beralih ke vape, dirinya merasakan nafasnya menjadi lebih enak dan ringan, ia kuat berolahraga lebih lama, serta tidur lebih nyenyak. “Lalu, yang paling happy siapa? Keluarga, anak-anak, dan istri. Mereka jadi menikmati banget kalau kitanya ngga bau, mereka tidak terpapar asap rokok pasif, dan lebih irit serta makan pun jadi lebih enak,” jelas Dimasz.

Publik sendiri masih seringkali keliru dalam membedakan vape dengan rokok konvensional, terutama terkait kandungannya seperti perbedaan antara nikotin dan TAR. Dimasz menjelaskan bahwa, serupa seperti kafein di dalam kopi, nikotin merupakan zat adiktif yang membuat perokok kecanduan dengan tembakau. Sedangkan, TAR adalah zat yang dihasilkan ketika terjadi pembakaran pada tembakau, dan TAR mengandung ribuan zat berbahaya yang bersifat karsinogenik. 

“Kalau rokok (konvensional) ada TAR-nya yang ikutan nempel, sedangkan kalau vape hanya mengandung nikotin yang sudah diekstrak sehingga sudah tidak mengandung TAR,” jelas Dimasz. 

Hal serupa juga pernah disampaikan oleh dr. Arifandi Sanjaya pada salah satu episode lifestyleOne sebelumnya. Dr. Arifandi mengatakan, “Kalau nikotin banyak ditemukan di tumbuh-tumbuhan seperti terong dan tomat, dan kadang kita konsumsi dalam jumlah kecil lewat sayuran maupun tumbuhan. Selain itu, perlu digarisbawahi bahwa nikotin itu tidak menyebabkan kanker.” Di sisi lain, TAR dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, dari masalah jantung, paru-paru, kerusakan sel, bahkan kesuburan.

Curhatan Dimasz Jeremia selengkapnya dapat disaksikan di YouTube channel lifestyleOne.