Heboh Kemunculan Dua Kerajaan Baru di Jawa Barat, Ini Faktanya

Sunda Empire
Sumber :
  • YouTube tvOne

VIVA – Setelah tertangkapnya Pimpinan Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yakni Toto Santoso selaku raja dan Fanni Aminadia sebagai ratu. Kini, muncul raja-raja baru di daerah lain.

Kali ini masyarakat kembali dihebohkan dengan adanya dua kerajaan di wilayah Provinsi Jawa Barat. Pertama, Sunda Empire berada di Bandung. Kedua, Kesultanan Selacau Tunggul Rahayu di Kecamatan Parung Ponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Berikut fakta munculnya dua kerajaan atau kesultanan di Provinsi Jawa Barat, seperti dikutip dari VIVAnews pada Senin, 20 Januari 2020.

Kesultanan Selacau

Komunitas ini didirikan oleh pria bernama Rohidin pada 2004. Ia mengaku sebagai keturunan kesembilan Raja Pajajaran. Selain itu, ia juga menyucikan diri sebagai Sultan Patrakusumah VIII.

Rohidin mengaku kesultanannya mendapatkan legalitas fakta sejarah dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2018. Menurut dia, Kesultanan Selacau juga diputuskan sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Di samping itu, Rohidin mengklaim Istana Selacau juga sebagai cagar budaya dunia oleh UNESCO. Sehingga, Sang Sultan menjalankan kesultanannya sebagai cagar budaya.

Ia juga mengaku Kesultanan Selacau beda dengan Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Menurut dia, pendanaan Kesultanan Selacau berasal dari Sertifikat Phoenix melalui seorang grantor bernama M Bambang Utomo.

Karena, kesultanan ini memiliki sistem pemerintahan layaknya kerajaan sungguhan. Bahkan, semua Ketua Majelis Tinggi Kesultanan Selacau adalah pemegang lisensi seluruh mata uang dunia.

Sunda Empire

Kekaisaran Sunda atau Sunda Empire ini ada di Bandung, Jawa Barat. Awalnya, viral video orasi tokoh Sunda Empire di media sosial YouTube pada Jumat, 17 Januari 2020.

Rangga Sasana, seorang Petinggi Sunda Empire mengaku sebagai Gubernur Jenderal Sunda Nusantara. Menurut dia, Sunda Empire itu bukan diartikan sebagai suku Sunda. Tapi, ini adalah tindakan proses turun temurun kekaisaran dari dinasti ke dinasti.

"Sunda Empire itu adalah Kekaisaran Matahari, Kekaisaran Bumi," katanya.

Menurut dia, Sunda Empire dalam prosesnya dibagi atas enam wilayah, di antaranya Sunda Atlantik. Posisi ini di Bandung sebagai daerah kop diplomatik dunia. Kemudian Sunda Eropa, Sunda Pasific, Sunda Archipelago dan Sunda Mainland serta Sunda Nusantara.

Menurut dia, Sunda Nusantara adalah tatanan negara di mana tatanan tersebut dimulai dari Benua Australia, Papua Nugini, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Benua Cina, Mongolia, Rusia, Jepang sampai Korea Selatan dan Korea Utara.

"Kurang lebih Sunda Nusantara itu adalah 54 negara di dunia. Jadi, bicara nusantara itu perlu kita jelaskan bukan hanya Indonesia tapi ada 54 negara dunia," ujarnya.

Ridwan Kamil minta masyarakat jangan terpengaruh

Sementara itu Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menilai fenomena tersebut menjadi momen penguatan diri publik di Jawa Barat. Masyarakat, menurutnya, agar jangan mudah terpengaruhi dengan semboyan - semboyan.

“Ini sebuah instropeksi bahwa kita harus bersemangat menyalurkan eksistensi hidup kita pada hal yang konkret menjadi manusia cerdas bermanfaat bukan sekadar simbol yang tidak ada, tidak eksis, bahkan saya duga dikarang - karang bukan sebuah kebenaran,” ujar Ridwan Kamil di Bandung Jawa Barat, Senin 20 Januari 2020.

Keberadaan kelompok itu menjadi peringatan semua pihak yang bertanggungjawab agar eksistensi mereka tidak meluas.

“Ini fenomena sosial di masyarakat yang harus kita cermati. Masih banyak orang yang menjual romantisme sejarah untuk melakukan eksistensinya,” katanya.

Dalam kiprahnya, kelompok - kelompok tersebut mampu menarik anggota dalam jumlah banyak.

“Dan yang paling prihatin orang-orang yang mempercayainya,” ujarnya.

“Karena kalau namanya keraton yang sudah legal dalam sejarah tercatat pasti ikut ke dalam forum keraton nusantara yang ketuanya Pangeran Arif dari Cirebon. Selama tidak bergabung di mereka saya duga itu mengarang saja,” tutur dia.