Kisah Megawati Sekap Intel di Kamarnya

Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri berharap, kinerja intelijen bisa dilakukan dengan baik. Megawati menceritakan kisah lucu saat dirinya bersentuhan langsung dengan intelijen.

"Intelijen zaman saya gampang diketahuinya kok. Mudah-mudahan yang sekarang tidak," katanya di acara peluncuran buku 'Megawati dalam Catatan Wartawan, Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat' di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, Rabu, 23 Maret 2016.

Mega mengisahkan, saat dikuntit intel ia tidak merasa tegang, bahkan banyak lucunya. Kisah lucu tersebut terjadi saat Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya 1993 saat dia menjadi Ketua Umum.

"Saya pernah kerangkeng intel di kamar saya. Itu intel saya lupa namanya. Mudah-mudahan bisa masuk televisi. Saya mau ketemu lagi, kangen," ujarnya.

Presiden Kelima Indonesia  ini menceritakan, saat KLB di Surabaya, ia dan rombongan menginap di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Ada skenario untuk menggagalkan kongres sehingga partai bisa diambil alih pemerintah.

"Di depan kamar saya itu yang isi intel. Di atas kamar saya juga. Jadi kalau mau keluar ngintip dulu dari lubang pintu," ungkapnya.

Menjelang puncak KLB, Mega melihat seorang anak muda yang resah bolak-balik di depan kamarnya. Ia merasa kasihan terhadap pemuda tersebut meski mengetahui orang tersebut adalah intel yang terus mengawasinya.

"Saya buka kamar. Saya tarik bajunya. Saya suruh duduk di kursi. Dia bingung-bingung. Saya bilang ‘kamu enggak usah bingung, kamu takut kan buat Laporan’. Dia jawab ‘iya lho Mbak, saya pasti dipecat’" ujar Mega.

Lalu, Mega memberi solusi pada si intel agar tidak dipecat. "Saya bilang ‘kamu bikin laporannya ditawan Ibu Mega’. Dia tanya ‘kok gitu?’ Saya bilang ‘kalau ditawan kan enggak tahu suasana di luar’. Dia bilang ‘betul juga, ya iya’" kata Mega sambil tersenyum.

Mega sempat melupakan peristiwa tersebut karena KLB telah berjalan sesuai harapan, namun beberapa tahun kemudian sosok intelijen tersebut kembali menemuinya.

"Dia bilang mau nikah. Sebelum nikah dia diiinterogasi komandannya soal penyekapan saat di Surabaya. Untuk membuktikannya, dia minta saya datang ke pernikahanya. Ya saya datang.  Saya lupa lagi namanya, siapa tahu anak itu denger, saya mau ketemu lagi. Satu cerita kehidupan."

(mus)