Seba Baduy dan Ajimat Puasa Kawula

Suku Baduy di Pendopo Lama Gubernur Banten mengikuti prosesi Seba Baduy.
Sumber :
  • Yandhi Deslatama

VIVA.co.id – Menerobos hutan, mendaki gunung, menyeberangi sungai dan keluar masuk perkampungan kurang lebih sejauh 90 kilometer dilalui oleh Suku Baduy Dalam. Mereka berjalan tanpa alas kaki, untuk bersilaturahmi dengan Bapak Gede atau Gubernur Banten untuk menyerahkan hasil bumi dan Laksa, makanan khas yang hanya dibuat setahun sekali melalui proses puasa selama tiga bulan, atau yang biasa disebut Puasa Kawalu.

Dari kampung halaman yang berlokasi di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, ratusan anggota Suku Baduy Dalam rela menempuh perjalanan panjang guna menyerahkan Laksa. Ini makanan “ajimat” sebagai simbol eratnya tali silaturahmi dan penghormatan kepada Abah Gede.
 
"Sebuah makanan yang diolah dari padi pilihan yang dibuat dengan proses adat dengan berpuasa selama tiga bulan. Puasa Kawalu," kata Eneng Nurcahyati, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banten, yang ditemui disela-sela prosesi Seba Baduy, di Pendopo Lama Gubernur Banten.
 
Suku Baduy Dalam berjalan kaki sembari membopong hasil bumi yang diperoleh dari hutan dan tanah garapannya. Seluruh barang bawaan itu diberikan kepada gubernur Banten dengan makna bahwa alam telah memberikan segala kebutuhan manusia dengan cuma-cuma. Namun sebagai timbal baliknya, manusia haruslah menjaga dengan baik kelestarian lingkungan.
 
"Ngalaksa sasaka sangga buana, yang mengajarkan kita untuk menjaga alam," katanya.
 
Urang Kanekes atau yang akrab disapa Suku Baduy, khususnya Suku Baduy Dalam berjalan kaki tanpa alas sejak Jumat, 28 April 2017 dari kampungnya di Kanekes dengan tujuan utamanya menemui Ibu Gede atau Bupati Lebak. Lalu perwakilan Baduy Dalam dan Baduy Luar pada Sabtu, 29 April 2017 berjalan untuk menemui Ibu Leutik atau Bupati Pandeglang.
 
Sedangkan selebihnya melanjutkan perjalanan menuju Pendopo Gubernur Banten di Kota Serang untuk bertemu Bapak Gede atau Gubernur Banten sebagai puncak tradisi adat Seba Baduy. Hingga pada penutupnya, mereka bersilaturahmi dengan Ibu Leutik lainnya, yakni Bupati Serang pada Minggu, 30 April 2017.
 
Puasa Kawalu dilaksanakan selama tiga bulan. Selain puasa, masyarakat Baduy juga berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera.

Tradisi ini berlangsung sejak nenek moyang. Sampai kini, tradisi ini masih dipertahankan.

Selama Puasa Kawalu, wisatawan domestik maupun mancanegara dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam. Hal ini agar masyarakat menjalankan tradisi Kawalu penuh khusyuk, dan penuh kesederhanaan. (ren)