Gerindra: Jokowi Silakan Intip-intip Cawapres Prabowo

SBY ketika bertemu Presiden Jokowi di istana negara beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Setpres/Cahyo Bruri Sasmito

VIVA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Riza Patria menyatakan, idealnya Joko Widodo mengumumkan lebih dulu siapa nama calon wakil presiden yang akan mendampinginya sebelum Prabowo Subianto yang akan menjadi penantang pada Pemilu 2019 mendatang mengumumkan pasangannya. Alasannya, Jokowi adalah calon incumbent atau petahana.

"Incumbent sudah empat tahun punya program, fasilitas. Idealnya petahana harus lebih dahulu," kata Riza usai diskusi The Party Forum: Siapa Cawapres Jokowi Dan Prabowo di kawasan Wijaya, Jakarta, Jumat 3 Agustus 2018.

Namun, Wakil Ketua Komisi II DPR ini tidak mempermasalahkan bila Jokowi hingga saat ini belum mengumumkan siapa nama calon wakilnya. Karena, enam parpol pendukung Jokowi juga dianggap belum solid menentukan siapa calon wakil presiden yang akan mereka usung.

"Kalau mau intip-intip dan tunggu penantang ya silakan. Batasnya tetap tanggal 10 Agustus," ujarnya menyindir.

Menurutnya, dinamika politik yang terjadi pada koalisi pendukung Prabowo saat ini sebagai sesuatu yang wajar. Dan masih dalam koridor semangat kebersamaan mendorong Prabowo sebagai capres penantang Jokowi.

"Kami alurnya, anak tangganya kelihatan. Jadi enggak usah khawatir dan enggak usah ditunggu-tunggu. Kami harus sampaikan bahwa Gerindra belajarnya dari PDIP. Banyak kesamaan," katanya.

Ia menyadari parpol pendukung Prabowo juga mempunyai nama-nama calon wakil presiden yang akan ditawarkan. Namun, semua harus dibicarakan koalisi sebelum diputuskan.

"Semua partai ingin kader parpol dipinang. Tapi kita tunggu saja. Terkait yang diumumkan ini penting, ini bukan umumkan calon kepala desa tapi ini omongin capres-cawapres," katanya.

Beda dengan SBY

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno menyatakan, ada dinamika pemilu yang berbeda kali ini. Jokowi sebagai petahana tampak mengulur-ulur waktu untuk memilih dan menetapkan siapa calon wakil presiden untuk berhadapan dengan Prabowo di Pemilu 2019 mendatang.

"Dinamika sekarang beda. Di 2009 SBY di periode dua deklarasi capres/cawapres dilakukan dua minggu sebelum waktu pendaftaran dibuka. Beliau udah yakin dengan keputusannya," kata Eddy di tempat yang sama.

Eddy menambahkan, dinamika berbeda juga tampak pada koalisi partai politik di pihak Jokowi sebagai petahana dan Prabowo sebagai penantang. Kedua kubu masih melakukan proses menuju finalisasi.

"Percayalah baik di kubu A atau kubu B sekarang masih lakukan komunikasi politik yang intensif. 2019 bukan kontestasi cari pemimpin lima tahun ke depan, tapi hasilkan koalisi yang permanen untuk jangka waktu panjang," katanya.

Atas dasar itu, ia memastikan keputusan PAN berkoalisi serta siapa capres dan cawapres yang akan diusung dalam Pemilu 2019 mendatang menunggu hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang direncanakan akan diselenggarakan pada 5-6 Agustus pekan depan.

"Kita ingin lihat dulu bagaimana proses penentuan arah politik PAN. Kami tengah lakukan komunikasi politik dengan segala aspek yang terkait dengan Pilpres 2019. Di parpol yang nyatakan paslon A atau B maupun yang belum. Semua tokoh yang berpeluang masuk di pilpres juga kami lakukan komunikasi, agar nanti di Rakernas semua info yang terangkum dapat hasilkan keputusan yang bisa diikuti semua kader," katanya.