Kehadiran Airlangga ke Nasdem Bisa Ditafsirkan Lain oleh Jokowi

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto
Sumber :
  • Dok. Golkar

VIVA – Kehadiran Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto ke kantor DPP Partai Nasdem beberapa waktu lalu dianggap punya misi pribadi, bukan atas aspirasi organisasi.

Menurut analis politik, Dedi Kurnia Syah Putra, kehadiran Airlangga bersama tiga ketua umum partai lain menghadap Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, Senin lalu, dapat menimbulkan friksi di kalangan internal.

Sebab, Airlangga yang menemui Surya Paloh turut membahas arah koalisi dan dianggap belum sejalan dengan pendapat di internal.

"Dengan gerbong-gerbong yang ada di faksi Golkar itu sendiri. Kalau dia salah melangkah, tentu faksi-faksi itu bisa berseberangan dan bisa merugikan Airlangga," kata Dedi dalam pesan tertulis, Jumat 26 Juli 2019.

Mestinya, kata Dedi, Airlangga membaca dinamika politik di internal koalisi Jokowi. Pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, perlu dilihat secara utuh.

Dedi mengatakan, posisi Golkar seharusnya tidak perlu ikut-ikutan manuver yang tengah dijalankan Surya Paloh. Apalagi Nasdem notabene merupakan pecahan dari partai beringin.

"Menurut saya, satu kesalahan Airlangga adalah seharusnya dia tak perlu lakukan manuver kepada Surya Paloh. Karena Surya Paloh sudah memiliki partai sendiri yang semestinya itu tak ada relasi pengaruh terhadap kader-kader Golkar," ujar Dedi. 

Dedi yang juga direktur eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik (PSDPP) itu menilai, Airlangga juga harus cermat melihat daya tawar sebagai partai dengan raihan kursi nomor dua di parlemen.

Pascapertemuan empat ketum partai di Nasdem, dan perjumpaan Megawati-Prabowo, baru-baru ini, dalam waktu berdekatan, dikhawatirkan berimbas pada pecahnya koalisi.

Sebagai kandidat calon ketua umum Golkar mendatang, Airlangga dianggap tidak membaca restu Joko Widodo sebagai penentu.

"Jangan salah-salah, justru dengan tawar-menawar yang berat itulah kemudian dianggap Pak Jokowi sebagai ancaman. Artinya Pak Jokowi punya bayangan kalau misalnya dia kehilangan Golkar tetapi mendapatkan Gerindra," ujarnya.