Jeblok di Pemilu 2019, Kepemimpinan Airlangga Harus Segera Dievaluasi

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto
Sumber :
  • Dok. Golkar

VIVA – Politikus senior Partai Golongan Karya (Golkar) Yorrys Raweyai, mengeluh kalau parpol berlambang pohon beringin tidak meraih hasil yang betul-betul optimal pada Pemilu 2019. Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto, Partai Golkar justru tidak meraih hasil yang optimal meski telah mendukung pasangan capres-cawapres yang memenangi pilpres, Jokowi-Ma'ruf.

"Dengan perolehan yang kita dapatkan dalam proses politik ini, tidak ada satu yang menunjukkan angka positif. Padahal kita sebagai pendukung (paslon) 01, semua (parpol) mendapatkan 'voter effect', kecuali Golkar," ujar Yorrys dalam acara diskusi di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Yorrys menyampaikan, hal itu menjadi salah satu alasan pentingnya segera dilakukan evaluasi kepemimpinan Airlangga melalui Musyawarah Nasional (Munas) yang harus digelar pada 2019. Agenda terpenting adalah mengevaluasi kepemimpinan Airlangga, juga mekanisme demokrasi pemilihan Ketum Golkar periode selanjutnya.

"Munas itu kita kembangkan. Di situ, harus ada evaluasi dan pemilihan struktur (kepengurusan) yang baru," ujar Yorrys.

Ditambahkan Yorrys, alasan munas tak perlu digelar karena masa jabatan Airlangga di Partai Golkar baru dua tahun, tak bisa dipakai. Airlangga adalah ketum yang menggantikan pimpinan sebelumnya, Setya Novanto, namun tak bisa membuat Partai Golkar meraih hasil yang baik dalam pemilu 2019.

"Memang ada pembenaran yang dibilang bahwa, 'Oh, ini (Airlangga) belum menyelesaikan masa bakti lima tahun, ini baru dua tahun'. Tetapi kita harus lihat, mekanisme mengatur bahwa munas itu harus dilaksanakan pada tahun 2019," ujar Yorrys.

Diketahui, pada pemilu 2019, Partai Golkar menduduki peringkat ketiga, di bawah PDIP dan Gerindra, dengan raihan 12,31 persen suara, juga 85 kursi DPR. Raihan kursi Golkar menurun di parlemen, karena pada pemilu 2014, Golkar meraih 91 kursi.