Komisi VII: Kurangi Polusi dengan Pemanfaatan Energi Nuklir

Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi.
Sumber :
  • DPR

Anggota Komisi VII DPR RI Kurtubi menanggapi permasalahan kualitas udara perkotaan, khususnya DKI Jakarta yang cenderung menurun, bahkan sempat menyentuh peringkat 1 terburuk sedunia berdasarkan pantauan AirVisual. Menurutnya, sudah saatnya reformasi sistem energi nasional, dari fosil menuju non-fosil, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“PLTN bisa jadi salah satu solusi kurangi polusi udara, sebab Jakarta sudah pada titik membahayakan di mana penyebab utamanya karena penggunaan kendaraan bermotor, tetapi juga ada pembangkit listrik tenaga fosil, terutama batu bara,” ungkap Kurtubi saat ditemui Parlementaria di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (6/8).

Kurtubi menjelaskan, tak dipungkiri penurunan kualitas udara disebabkan emisi buang gas kendaraan bermotor. Di sisi lain, semakin meningkatnya aktivitas manusia dan perekonomian yang berbasis industri di suatu daerah, maka akan semakin meningkat pula pencemaran terhadap udara dan lingkungan. Di mana, sampai saat ini, aktivitas industri masih sangat bergantung pada energi fosil.

Karena itu, menurut Kurtubi, tidak ada salahnya pemerintah mulai membangun pembangkit listrik tenaga nuklir untuk mendukung industrialisasi di tanah air. Menurutnya, penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik sudah harus dikurangi, terlebih lagi Indonesia sudah menandatangani Paris Agreement tentang Perubahan Iklim yang mengharuskan penurunan emisi karbon.

“Pendukung pembangkit listrik tenaga nuklir ini jawaban untuk industrialisasi, karena listriknya paling bersih, teknologi sudah sangat aman, dan cost-nya kompetitif dengan batu bara," sambung politisi Partai NasDem ini.

Kurtubi menambahkan, selain bersih dan mendukung keberlanjutan, energi nuklir sudah harus mulai diberdayakan, mengingat semakin bertambahnya kebutuhan energi masyarakat. Mengingat, masyarakat juga tidak bisa selamanya bergantung pada energi fosil.

“Sistem kelistrikan nasional ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini, tetapi jauh ke depan untuk menunjang negara ini menjadi bangsa yang maju, yaitu harus dengan listrik yang cukup, stabil, bersih, dan kompetitif,” tandas legislator dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.