CEK FAKTA: Sandiaga Ungkap Kisah Ibu Lis Soal BPJS Disetop

Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno memaparkan visi dan misi saat mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, 17 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menyoroti warga yang tidak lagi mendapat layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dia mengambil contoh kisah yang dialami seorang warga bernama Ibu Lis saat berkunjung ke Sragen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Demikian menurut Sandiaga Uno dalam Debat Pilpres putaran ketiga di Hotel Sultan Jakarta, Minggu Malam. Dalam debat ini Ma'ruf adu debat dengan Cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin.

“Saya teringat kisah Ibu Lis dan di mana pengobatannya harus distop karena BPJS tidak lagi mengcover. Di bawah Prabowo Sandi kami pastikan dalam dua ratus hari pertama akar permasalahan BPJS dan JKN kita selesaikan kita pastikan defisit ditutup dengan penghitungan melibatkan putra putri terbaik bangsa," kata Sandiaga saat menjelaskan visi dan misi dalam mengawali acara Debat Pilpres putaran ketiga.

Bagaimana Faktanya?

Dalam kunjungannya ke Sragen, Jawa Tengah, pada akhir Desember 2018 Sandiaga mengaku bertemu dengan Ibu Liswati, penderita kanker payudara yang biaya obatnya tidak dicover oleh pemerintah.  

"Hal ini sangat memberatkannya sebagai warga kecil. Beliau ingin mendapatkan keadilan untuk pelayanan kesehatan," tulis akun Sandiaga Salahuddin Uno dalam akunnya di Facebook 30 Desember 2018.

Di media massa pun awal tahun ini muncul laporan bahwa sejumlah rumah sakit (RS) menghentikan layanan terhadap pasien BPJS Kesehatan. Kondisi tersebut terjadi di beberapa daerah sejak awal 2019 karena dikaitkan dengan defisit BPJS.

Terkait masalah itu, Koalisi Obat Murah menilai bahwa persoalan harga obat menjadi salah satu faktor di dalam persoalan defisit BPJS kesehatan. Berdasarkan persentase, penyakit jantung paling banyak menelan pembiayaan pengobatannya (52 persen), lalu kanker (16 persen), stroke (13 persen), gagal ginjal (12 persen), talasemia atau kelainan darah (2,3 persen), hemofilia atau gangguan pembekuan darah (1,7 persen), hepatitis (1,6 persen), dan leukimia (1,5 persen).

Selain kanker, menurut Koalis Obat Murah dalam pernyataan persnya, penyakit katastrofik lainnya yang menghadapi persoalan karena defisit BPJS Kesehatan adalah pasien cuci darah atau hemodialisi. Persoalan pasien cuci darah untuk aksesibilitas obat-obatan karena adanya disparitas tarif antar tipe rumah sakit yang berdampak pada pasien yang melakukan tindakan cuci darah di klinik bertipe D, tidak mendapatkan obat-obat yang dibutuhkan. Dalam hal ini Pemerintah dinilai masih bersikap diskriminatif dalam penentuan tarif yang berdampak pada kualitas hidup pasien.