Cerita Kegagalan Bima Sakti, Bagai Murid SMP di Universitas

Bima Sakti Tukiman
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Pengalaman sangat berharga dirasakan oleh Bima Sakti Tukiman. Bagaimana tidak, pelatih berusia 42 tahun hanya memiliki waktu singkat untuk menyiapkan tim menuju Piala AFF 2018. Hasilnya, Tim Garuda terpuruk di fase grup dan gagal lolos ke semifinal.

Bima sebelumnya ditunjuk PSSI sebagai pelatih Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018, menggantikan peran Luis Milla Aspas yang tak memperpanjang kontraknya. Hanya punya waktu kurang dari tiga pekan, Bima pun dianggap tak pantas untuk menangani Hansamu Yama Pranata cs.

Banyak cacian, tapi banyak juga yang memberikan pujian buat mantan pemain PKT Bontang, PSM Makassar, dan Persiba Balikpapan ini. 

Setelah gagal membawa Timnas Indonesia lolos ke semifinal, Bima menegaskan bertanggung jawab penuh atas hasil ini. Namun yang terpenting menurutnya, ia mendapat pengalaman yang sangat berharga untuk menjadi orang nomor satu di Timnas level senior.

Bima bahkan punya analogi tersendiri saat memegang peran itu. Sadar pengalamannya melatih masih sangat minim, Bima merasa seperti murid SMP yang tengah ujian. Tapi, soal ujian yang dikerjakannya tak berada di level yang sama, melainkan soal ujian mahasiswa di universitas.

"Saya menerima semua konsekuensi dari hasil ini semua. Soal pelajaran, saya bersyukur dan beruntung. Bisa dikatakan, saya masih ujian SMP tapi saya ujiannya di universitas. Dan itu, tidak bisa dibayar dengan uang. Tapi yang paling penting saya bisa mengerti bagaimana karakter pemain," kata Bima kepada wartawan.

"Saya harap ke depan, seluruh stakeholder tidak ada lagi yang saling menyalahkan siapa-siapa. Ayo kita sama-sama membangun sepakbola Indonesia, bukan saling menyalahkan. Kita cari solusi yang tepat buat Indonesia. Kita cari hal-hal terbaik buat Timnas kita," ucapnya.