Pengadaan VAR di Liga 1, Harga Bakal Jadi Masalah?

Ilustrasi Teknologi Video Assistant Referee (VAR) di Piala Dunia 2018
Sumber :

VIVA – PT Liga Indonesia Baru (LIB) diminta untuk melakukan kajian penggunaan video assistant referee (VAR) oleh Komite Eksekutif (Exco) PSSI. Operator Liga 1 itu diberi waktu selama dua tahun untuk melakukan kajian.

Waktu dua tahun untuk melakukan kajian belum tentu cukup. Mengingat mesti banyak persiapan yang dilakukan, mulai dari infrastruktur hingga sumber daya manusia (SDM) yang akan mengoperasikannya.

Hal yang penting lagi adalah uang yang mesti dikeluarkan untuk mendatangkan VAR. Perkiraannya, dalam satu stadion dibutuhkan sekurangnya 20 kamera.

Dari 20 kamera itu, spesifikasinya pun berbeda-beda. Di Piala Dunia 2018 misalnya, dibutuhkan jenis kamera slow motion untuk memudahkan wasit melihat bagaimana momen yang ditinjau ulang secara detail.

Chief Executive Officer (CEO) Bali United, Yabes Tanuri mengaku belum tahu jelas berapa biaya yang dibutuhkan untuk teknologi VAR. Karena itulah, dampak akan pemotongan distribusi komersial yang biasa diterima setiap klub per musim tidak bisa dia perkirakan.

"Memang iya (dampak ke hak komersial), tapi kan belum ada hitung-hitungannya seperti apa," tutur Yabes, saat dihubungi VIVA melalui sambungan telepon, Selasa 28 Mei 2019.

Tapi, harga seharusnya tidak jadi masalah, karena sistem pembelian punya beberapa mekanisme. Bisa saja nantinya klub melalui PT LIB sepakat untuk mendatangkannya dengan sistem pinjaman.

"Kan bisa saja bentuknya on loan (pinjaman). Kalau untuk bayar semuanya pasti tidak sanggup," ujar Yabes.