Baru Masuk Pekan Ketiga, Liga 1 Mulai Makan Korban

Pelatih Persija Jakarta, Ivan Kolev
Sumber :
  • Instagram/@persijajkt

VIVA – Liga 1 2019 baru memasuki pekan ketiga. Namun, bagi pelatih tekanan sudah muncul dan semakin kencang ketika tim asuhannya tak kunjung bisa meraih hasil memuaskan.

Sejak musim lalu, persaingan di kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia ini memang ketat. Setiap tim selalu berlomba meraih poin penuh di kandang sendiri agar tidak berat ketika bertandang.

Dari tiga pekan yang sudah berlalu, ada dua tim yang meraih hasil sempurna, yakni Madura United dan Bali United. Meski begitu, kedua tim tidak bisa nyaman, mengingat rangkaian jadwal padat bakal dihadapi.

Berbalik dengan keadaan Madura United dan Bali United, juara Liga 1 musim lalu, Persija Jakarta mengalami krisis. Tim berjuluk Macan Kemayoran baru mendapatkan satu poin dari tiga laga yang dilalui.

Desakan agar manajemen melakukan pemecatan terhadap pelatih Ivan Kolev pun membesar. Jakmania --sebutan suporter Persija-- menggunakan tagar #KolevOut melalui media sosial.

Sadar jika posisinya sudah terdesak, Kolev akhirnya memilih mundur pada Senin 3 Januari 2019. Chief Eexecutive Officer (CEO) Persija, Ferry Paulus sangat menghormati sikap yang diambil pelatih asal Bulgaria tersebut.

"Coach Kolev resmi mengundurkan diri dari Persija Jakarta mulai Senin, 3 Juni 2019. Dia merasa bertanggung jawab, karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk tim," Ferry dikutip dari situs resmi Persija.

"Kami berterima kasih terhadap apa yang sudah diberikan Kolev untuk tim. Semoga kedepannya Kolev semakin sukses dimana pun melanjutkan kariernya sebagai pelatih," imbuhnya.

Wajar bila Kolev berada terus di bawah tekanan dan memilih mundur. Sebab dia harus bekerja di bawah bayang-bayang kesuksesan Stefano Cugurra Rodrigues yang di musim lalu memberi gelar juara Piala Presiden dan Liga 1 untuk Macan Kemayoran.

Alarm Waspada Persebaya

Tidak berselang lama dari berita mundurnya Kolev, kabar mengejutkan juga datang dari Persebaya Surabaya. Tim berjuluk Bajul Ijo secara resmi mengumumkan telah memecat pelatih fisik, Ruddy Eka Priyambada.

Manajer Persebaya, Candra Wahyudi mengatakan jika manajemen sudah melakukan evaluasi kepada tim pelatih menyusul rentetan hasil buruk setelah tiga laga tanpa kemenangan di kompetisi Liga 1. Mereka baru mengoleksi dua poin, hasil dari dua kali imbang dan sekali kalah.

"Manajemen tim memberhentikan Rudy Eka Priyambada dari jabatannya sebagai pelatih fisik. Dinamika di tim Persebaya membutuhkan adanya struktur yang lebih streamline. Untuk adanya komunikasi dan bench management yang lebih baik," ujar Candra.

Keputusan berani manajemen ini juga menjadi alarm waspada bagi pelatih kepala Persebaya, Djadjang Nurdjaman. Dia tidak bisa bersantai selama libur hari raya Idul Fitri kali ini.

Mempersiapkan tim sebaik mungkin harus dilakukan usai liburan. Jangan sampai ada lagi hasil minor yang membuat manajemen memutuskan untuk mendepaknya.

"Semua kita evaluasi. Namun, untuk saat ini, manajemen menilai yang perlu dilakukan pergantian adalah di posisi pelatih fisik," tutur Chandra menjawab evaluasi terhadap kinerja Djadjang.

Tekanan untuk jajaran pelatih Persebaya bukan cuma datang dari manajemen. Bonek --sebutan suporter mereka-- juga sudah mulai gerah dengan penampilan tim yang tak kunjung membaik.

Mereka menganggap dukungan masif yang diberikan selama ini tak memberi dampak positif bagi pemain. Motivasi mereka untuk tampil ngeyel seperti Persebaya selama ini tidak terlihat.

Mereka yang Juga Terancam

Pelatih Persela Lamongan, Aji Santoso juga sedang dalam situasi tak menyenangkan. Tim besutannya berada pada posisi buncit klasemen sementara Liga 1 dengan raihan satu poin.

Dari tiga pertandingan awal Liga 1, gawang Persela sudah kebobolan sebanyak 10 kali. Kinerja Aji pun mulai disorot oleh suporter yang ingin adanya perbaikan segera.

"Memang dalam tiga pertandingan ini, permasalahan kami ada di lini belakang. Pemain kami masih kebingungan," kata pelatih berusia 49 tahun tersebut.

Kelemahan itu menjadi salah satu fokus Aji untuk diperbaiki. Dia tak ingin, lawan-lawan berikutnya memanfaatkan kelengahan lini belakang sehingga Persela tak kunjung bangkit.

Kondisi tertekan juga dialami oleh pelatih Barito Putera, Jacksen F Tiago. Pria asal Brasil itu memiliki sejumlah pemain bintang dalam timnya, namun hasil satu kali imbang dan dua kekalahan harus didapatkan.

Rentetan hasil tak memuaskan itu membuat suporter kesal. Mereka melampiaskannya dengan meramaikan media sosial dengan tagar #JacksenOut, sebagai tanda ingin Jacksen F Tiago mundur dari kursi pelatih kepala.

"Kalau saya wajar melihatnya, karena harapan pendukung Barito Putera kepada saya begitu besar. Karena saya mempunyai level juara. Tapi saya belum mampu," ujar Jacksen.

Jacksen menambahkan, nyalinya tidak ciut dengan desakan yang ada. Ke depan dia akan coba untuk memperbaiki kinerja tim sehingga bisa mendapatkan hasil terbaik.

"Semoga kami bisa menjadi lebih baik lagi, karena tujuan utama adalah prestasi. Hampir semua pelatih di dunia pasti mendapat tekanan," katanya.

Nama lain yang kini kinerjanya sedang disorot adalah pelatih Persipura Jayapura, Luciano Leandro dan Syafrianto Rusli dari Semen Padang. Kedua tim sejauh ini baru mengoleksi dua poin, dan gagal menang di kandang sendiri.

Dalam situasi seperti ini, Luciano meminta kepada suporter untuk tetap setia memberi dukungan. Menurut dia, Boaz Solossa dan kawan-kawan amat butuh suntikan motivasi guna meraih kemenangan perdana di Liga 1 musim ini.

"Kami tetap minta dukungan dari semua pendukung yang cinta Persipura. Kita perlu dukungan, selain kemenangan. Dukungan suporter adalah sesuatu yang luar biasa," ujar Luciano.

Menjadi pelatih di Indonesia tidaklah mudah. Suporter yang sudah kesal tidak cuma akan bersuara melalui media sosial, tapi juga langsung di lapangan. Menjadi pertaruhan tambahan bagi sang juru taktik apakah bisa melewati teror mental seperti itu.