Polemik Stadion Madya, PPK GBK Beri Bhayangkara dan PASI Porsi Sama

Pemain Bhayangkara FC melakukan selebrasi di Stadion Madya, Gelora Bung Karno.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Penggunaaan Stadion Madya, Gelora Bung Karno atau GBK Jakarta, sempat membuat polemik antara Bhayangkara FC dengan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau PB PASI.

Bermula, ketika Bhayangkara memilih stadion berkapasitas 9.000 tempat duduk itu sebagai kandang menjamu Tira Persikabo, Kamis lalu, 4 Juli 2019. Keputusan itu menyulut kekecewaan PASI yang sudah sejak lama menjadikan Stadion Madya sebagai tempat Lalu Muhammad Zohri cs berlatih.

PASI kecewa, karena saat ini mereka sedang menggelar pelatnas untuk persiapan SEA Games di Filipina akhir November 2019. Apalagi, PASI mendapatkan tekanan dari pemerintah, agar dapat berprestasi di multi event kelas Asia Tenggara itu, sekaligus persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.

Polemik ini pun mengundang perhatian pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Kedua belak pihak, Bhayangkara dan PASI pun dipanggil untuk menggelar rapat di kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa 9 Juli 2019.

Dalam kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI), Pengurus Pusat Persatuan Lwan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti), dan Winarto selaku Direktur Utama Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK).

Susilo Edi yang diutus Bhayangkara sebagai Tim Legal, mengutarakan dalam pertemuan, ia ingin meluruskan soal niat The Guardian menggunakan Stadion Madya.

Dia mengatakan, penggunaan Stadion Madya sifatnya hanya sementara. Bhayangkara lebih memprioritaskan Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi, sebagai kandang untuk menjamu lawannya pada Liga 1 2019.

"Seolah-olah Bhayangkara ingin menjadikan Stadion Madya sebagai homabase. Maksudnya bukan seperti itu, Stadion Madya hanya sementara, bukannya Bhayangkara menjadikan itu permanen. Stadion Madya hanya kami jadikan alternatif, jika Stadion Patriot berbenturan dengan kegiatan lain," kata Edi kepada wartawan.

"Kami tegaskan, istilanya ini kapan bisa menggunakan saja. Tentu ada kesepakatan dulu, menempatkan jadwal butuh proses. Intinya bukan homebase, karena homebase kami itu Stadion PTIK yang saat ini sedang direnovasi," jelasnya.

Sementara itu, Tigor Tanjung selaku perwakilan PB PASI yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, bersikukuh Stadion Madya sebagai kandang mereka untuk menggelar pelatnas. "Kami mau Stadion Madya itu jadi markas Pelatnas untuk cabang olahraga atletik nasional," ucap Tigor.

"Tapi kan dibuka ruang juga kalau Stadion Madya sedang dipakai, kami masih bisa menggunakan lapangan di area belakang dan juga Stadion Utama Gelora Bung Karno," sambungnya.

Sementara itu, pihak Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK), menegaskan penggunaan Stadion Madya oleh Bhayangkara dan PB PASI telah mengikuti mekanisme aturan yang ada. Artinya, PPK GBK memberikan PB PASI dan Bhayangkara penggunaan Stadion Madya dengan porsi yang sama.

"Secara regulasi, kami memang bisa melakukan untuk beri bantuan pelatnas secara nol rupiah. Tetapi, bisa fungsi lain di luar pelatnas, seperti pentarifan (menyewakan fasilitas GBK) yang harus diikuti," jelas Direktur PPK GBK, Winarto.