Kinerja Wasit Tak Beres, Liga 1 Darurat VAR

Seorang wasit menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR)
Sumber :
  • Sky Sports

VIVA – Wasit adalah salah satu instrumen paling penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Untuk memimpin sebuah pertandingan dalam kompetisi kasta tertinggi, kualitas pengadil di lapangan jelas harus jadi yang utama. Tapi, bagaimana jika masalah kualitas dan kepemimpinan wasit terus jadi masalah yang tak selesai?

Liga 1 musim 2019 baru saja dimulai. Sejumlah pertandingan sudah digelar dan melibatkan 18 kontestan klub dengan level kompetisi tertinggi di Indonesia. Akan tetapi, masalah kepemimpinan wasit langsung jadi sorotan.

Ya, masalah dimulai dari pertandingan antara dua klub promosi, PSS Sleman kontra Semen Padang. Duel yang berakhir imbang 1-1 di Stadion Maguwoharjo ini menjadi pusat perhatian setelah kepemimpinan wasit Armyn Dwi Suryathin dianggap tak beres. 

Tak cuma pertandingan itu, laga lainnya antara Persela Lamongan melawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan juga punya masalah yang sama. Pelatih Persela, Aji Santoso, bahkan hingga menunjukkan kekecewaannya dengan kepemimpinan wasit Dwi Susilo.

Keputusan Dwi hanya memberikan kartu kuning kepada kapten Arema, Hamka Hamzah, dinilai salah. Sebab, eks defender Timnas Indonesia ini melakukan pelanggaran keras terhadap Alex dos Santos, sementara sang pemain yang dilanggar adalah orang terakhir (last man). Aji menilai, seharusnya Dwi mengusir Hamka dengan kartu merah.

Dua pertandingan tersebut jadi gambaran yang sangat jelas, kualitas kepemimpinan korps baju hitam masih jadi pekerjaan rumah buat stakeholder sepakbola Indonesia. Tak cuma PSSI sebagai induk tertinggi sepakbola tanah air, juga PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator juga harus memikirkan langkah tepat untuk membenahi masalah ini.

Penggunaan teknologi Video Assistant Referee (VAR) kembali jadi pembicaraan. VAR dinilai jadi solusi yang tepat untuk mengurangi risiko buruknya kepemimpinan wasit. Meskipun, hingga saat ini penggunaan VAR masih dalam tahap perencanaan.

PSSI Klaim Siap Gunakan VAR

Seperti yang dikatakan tadi, PSSI sebagai federasi tertinggi harus mengambil sikap soal desakan penggunaan VAR. Pada akhirnya, PSSI sepakat untuk menggunakan VAR untuk pertandingan Liga 1. 

Akan tetapi, rencana ini bukannya tak pakai perhitungan. Lewat rapat Komite Eksekutif (Exco), PSSI meminta PT LIB untuk segera menyusun rancangan, laporan infrastruktur hingga anggarannya.

"PSSI tentunya juga akan menyiapkan wasit-wasit terbaik yang nantinya bertugas di belakang layar dalam pengoperasian VAR," ucap Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, dikutip situs resmi PSSI.

Hampir senada dengan Tisha, Manajer Kompetisi PT LIB, Asep Saputra, juga menegaskan bahwa penggunaan VAR di pertandingan Liga 1 perlu persiapan yang matang.

Melihat sejumlah kompetisi di belahan dunia lain yang menggunakan VAR, Asep yakin bahwa negara-negara tersebut sudah lebih dulu melakukan perencanaan dan persiapan baik di sektor infrastruktur maupun pendanaan.

"Tapi, memang perlu persiapan yang matang. Kita bicara dalam konteks VAR yang sesungguhnya. Seperti yang diaplikasikan di turnamen internasional dan liga-liga yang lebih awal pakai VAR, seperti A-League, MLS (Major League Soccer), dan lainnya," ujar Asep kepada VIVA, Selasa 7 Mei 2019.

"Mereka perlu persiapan yang matang dalam hal infrastruktur, software, SDM (Sumber Daya Manusia)," kata Manajer Kompetisi katanya.

Teknologi Tak Murah

Salah satu yang harus diperhitungkan untuk menggunakan VAR adalah masalah pendanaan. Sebab, sejumlah instrumen dan infrastruktur stadion harus mendukung berjalannya teknologi ini. Jika tidak, maka menerapkan VAR hanya akan menjadi angan-angan saja.

Jika melihat instrumen yang dibutuhkan, setiap stadion memerlukan setidaknya 20 buah kamera yang dipasang di sejumlah sudut. Dari sini saja sudah bisa diprediksi bahwa teknologi VAR tidaklah murah. 

Selain itu, infrastruktur stadion juga harus menunjang. Untuk merenovasi infrastruktur stadion supaya teknologi ini bisa diterapkan, tentu masalah pendanaan juga jadi jawabannya.

Soal pendanaan penerapan teknologi VAR hingga saat ini belum bisa diperkirakan. Salah satu yang menanggapi masalah ini adalah Chief Executive Officer (CEO) Bali United, Yabes Tanuri. Menurutnya, ia sama sekali belum menghitung biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan VAR. 

Akan tetapi menurut Yabes, pastinya akan ada dampak kepada distribusi komersial yang biasanya diterima klub per musimnya. Yabes juga tak mau menerka berapa besaran pemotongan distribusi komersial terkait penggunaan VAR.

"Memang ya (dampak ke hak komersial), tapi kan belum ada hitung-hitungannya seperti apa. Kan bisa saja bentuknya on loan (pinjaman). Kalau untuk bayar semuanya pasti tidak sanggup," ujar Yabes, saat dihubungi VIVA melalui sambungan telepon, Selasa 28 Mei 2019.

Respons Positif

Rencana Liga 1 menggunakan VAR ternyata mendapat dukungan positif dari sejumlah pihak. Selain dianggap bisa membantu wasit mengambil keputusan yang lebih tepat, VAR juga diyakini bisa mengevaluasi kinerja wasit di lapangan secara langsung.

Hal tersebut diutarakan oleh pelatih Tira-Persikabo, Rahmad Darmawan. Eks pelatih Persija Jakarta, Sriwijaya FC, dan Timnas Indonesia ini yakin bahwa penggunaan VAR bisa membuat pertandingan berjalan lebih adil. Sebab menurutnya, jika ada kesalahan yang dibuat wasit bisa direvisi saat itu juga.

"Saya mendukung sekali dengan alasan yang pertama wasit dalam terbantu dalam mengambil keputusan. Kedua, sekaligus mengevaluasi keputusan wasit di lapangan apabila ada kesalahan sehingga bisa direvisi. Ini bukan hal yang tabu," ucap Rahmad kepada wartawan Selasa 28 Mei 2019.

Respons positif juga diberikan oleh juru taktik PSM Makassar, Darije Kalezic. Pelatih berpaspor Bosnia-Herzegovina ini tahu betul masalah buruknya kepemimpinan wasit di pertandingan pekan awal Liga 1 2019. Pelatih berusia 49 tahun ini juga mengaku sempat merasa was-was jikalau masalah ini merugikan timnya di pertandingan yang akan datang.

Selain itu, teknologi VAR dinilai Kalezic juga bisa menjadi sebuah catatan positif yang ditorehkan dalam sejarah sepakbola Indonesia.

"Jujur saja, setelah empat bulan bekerja di Indonesia. Saya rasa ini akan menjadi hal terbaik yang akan dilakukan dalam sejarah sepakbola Indonesia. Saya sangat mendukungnya untuk membantu semua pihak, klub, pemain, wasit, dan sepakbola Indonesia," kata Kalezic

"Anda bisa bilang itu sebagai revolusi terbaik dalam sepakbola Indonesia. Sebab, saya lihat dalam dua pekan terakhir di Liga 1, terkadang saya tidak bisa percaya dengan yang saya lihat. Namun, saya tetap menerimanya karena mungkin saja ini terjadi di pertandingan selanjutnya," ujarnya.

Semua pihak berharap PSSI, PT LIB, dan pemangku kepentingan sepakbola Indonesia lainnya benar-benar serius merealisasikan penerapan VAR. Supaya pada ujungnya, masalah kualitas kinerja wasit secara perlahan bisa diselesaikan secara bertahap. Dengan begitu, sepakbola Indonesia bisa lebih maju dari saat ini.