Revolusi Besar Juventus di Bawah Komando Maurizio Sarri

Eks manajer Chelsea, Maurizio Sarri.
Sumber :
  • The Sun

VIVA –  Cuma semusim Maurizio Sarri menjadi manajer Chelsea. Usai membawa The Blues menjuarai Liga Europa, pelatih 60 tahun ini memutuskan kembali ke kampung halamannya, Italia.

Juventus resmi menjadi klub yang dilatih Sarri musim depan. Dia meneken kontrak tiga tahun dengan Juve. Kabarnya, nilai kontraknya sebesar €6 juta atau setara Rp96,43 miliar per musim.

Nama Sarri memang sudah santer disebut-sebut akan mengisi posisi yang ditinggalkan Massimiliano Allegri. Meski sebelumnya Juventus juga dikaitkan dengan beberapa kandidat lain, seperti Pep Guardiola dan Mauricio Pochettino.

Pihak Chelsea pun memberikan keterangan soal bergabungnya Sarri ke Juventus. Salah satu alasan dia mau menerima pinangan Bianconeri karena ingin dekat dengan keluarga.

"Dia merasa sangat penting untuk dekat dengan keluarga. Dia merasa ini buat kebaikan orang tuanya yang sudah lanjut," kata direktur Chelsea, Arina Granovskaia dilansir situs resmi klub.

Diketahui Sarri masih memiliki seorang ayah yang telah berusia 91 tahun. Dia tinggal di Tuscani Utara, Italia. Dalam keterangannya, Chelsea juga menjelaskan bahwa keinginan untuk kembali ke Italia disampaikan usai Sarri membawa tim meraih gelar Liga Europa.

Revolusi Besar-besaran Juventus


Revolusi besar kemungkinan akan dilakukan Sarri di Juventus. Kedatangan  pelatih baru bisa jadi mimpi buruk bagi sejumlah pemain lama yang masih bertahan. Sebab, setiap pelatih memiliki racikan masing-masing dalam meramu strateginya, yang belum tentu semua pemain akan cocok.

Dikutip Calciomercato, setidaknya ada enam pemain Juventus yang posisinya terancam dengan kedatangan Sarri. Mereka adalah Joao Cancelo, Mario Mandzukic, Douglas Costa, Sami Khedira, Juan Cuadrado, dan Mattia Perin.

Sarri juga memiliki target besar bersama Juve. Dia dibebani target membawa Bianconeri juara Liga Champions.

Maklum, meski mendominasi Serie A dengan 8 kali juara beruntun, Juve sangat sulit berprestasi di Eropa. Terakhir kali mereka mencicipi gelar Liga Champions pada 1995/96 atau sudah 23 tahun silam.

"Juve terus mencari cara menjuarai Liga Champions dan mereka sedang mencoba jalan yang berbeda. Dimulai dari sulitnya meningkatkan kualitas skuat," kata legenda Juve, Gianluigi Buffon, dilansir Mirror.

"Sarri bukanlah sebuah revolusi. Bukan juga perjudian. Dia merupakan representasi dari jalur yang belum teruji, sebuah cerita lain," jelasnya.

Sisi Negatif Sarri

Di luar harapan besar Juve pada Sarri, ternyata sang pelatih memiliki "dosa" kepada fans Juve.  Dia harus bisa merebut hati para fans Juventus, jika ingin masa kerjanya bertahan lama.

Sebab, baru-baru ini terungkap, jika Sarri pernah berperilaku tak pantas pada suporter Juventus. Dia sempat mengacungkan jari tengah kepada fans Bianconeri.

Momen itu terjadi pada April 2018, ketika dia masih memimpin Napoli. Saat itu, Napoli akan berhadapan dengan Juventus di Allianz Stadium dikutip The Sun.

Sebenarnya, yang dilakukan Sarri sebagai dampak dari rivalitas tinggi, mengingat kala itu tensi kedua klub sangat panas, lantaran bersaing dalam perebutan Scudetto Serie A. Tetapi, tetap saja tak pantas dilakukan oleh seorang pelatih.

Selain itu, Sarri ternyata sangat minim trofi. Gelar Liga Europa yang diraih bersama Chelsea menjadi satu-satunya gelar yang diraihnya dalam 29 tahun kariernya sebagai pelatih.

Tentunya menjadi pelatih Juve menjadi tantangan tersendiri untuk Sarri. Menarik disimak, apakah dia mampu membawa Bianconeri kembali berprestasi.