Bos Telegram Tuduh WhatsApp Tidak Pernah Aman

Ilustrasi pengguna WhatsApp.
Sumber :
  • Instagram/@thiagonaalmeida

VIVA – Pendiri Telegram, Pavel Durov, mengatakan bahwa WhatsApp saat ini tengah membahayakan 1,5 miliar penggunanya karena adanya insiden keamanan. Ia menambahkan bahwa insiden ini mungkin bukan yang terakhir, bisa jadi akan ada yang lebih buruk.

Dikutip melalui situs Independent, Sabtu, 18 Mei 2019, kritik ini datang ketika aplikasi pesan instan milik Facebook itu bisa meretas apa yang ada di ponsel pengguna, mulai dari foto dan video pribadi, email, hingga pesan singkat. Kata-katanya itu dirangkum dalam blog perusahaan dengan judul, 'Why WhatsApp Will Never Be Secure'.

"WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten dari semenjak berdiri dengan nol enkripsi, hingga memiliki solusi keamanan untuk keperluan pengawasan. Namun, hingga 10 tahun mereka berdiri, layanan mereka masih juga belum aman," tulisnya.

Aplikasi ini bukanlah perangkat lunak dengan jenis sumber terbuka, sehingga peneliti keamanan tidak bisa dengan mudah memeriksa celah keamanan dalam software-nya. Hal ini memungkinkan pemerintah dan peretas membuat pintu belakang untuk menuju aplikasi dan melewati segala lapisan keamanan.

Pada 2016 WhatsApp memperkenalkan sistem enkripsi end-to-end di setiap komunikasi pengguna. Tujuannya ialah untuk mencegah pesan dibaca oleh selain penerima dan pengirim pesan. Namun, pakar keamanan mengklaim, sistem tersebut tidak cukup untuk menjaga keamanan pengguna.

"Peretasan yang terbaru ini menunjukkan bahwa enkripsi tidak seaman yang dipikirkan orang. Serangan ini tidak merusak atau memecahkan enkripsi karena menyerang ponsel secara langsung. Sehingga hacker dapat mengakses data sebelum dan sesudah di-enkripsi," kata seorang pakar keamanan, Richard Dennis.

Juru bicara WhatsApp mengatakan bahwa kelemahan itu teridentifikasi di awal bulan ini dan perbaikan software telah dirilis. Perusahaan telah mendorong pengguna untuk meningkatkan WhatsApp ke versi terbaru, meski tidak ada jaminan bahwa peretasan tidak akan terjadi di masa depan.

Durov kemudian mengatakan, WhatsApp tidak akan pernah aman jika mereka tidak mengubah cara kerjanya. Seharusnya aplikasi bisa menerima risiko kehilangan pasar dan bentrok dengan pihak berwenang di negara asal. WhatsApp dia klaim tidak siap dengan tantangan ini.

Perlu diketahui, Telegram juga menghadapi perselisihan dan dilarang di beberapa negara, termasuk di negara asalnya, Rusia. Iran juga jadi negara yang menolaknya, karena Telegram menolak melemahkan keamanannya dan tidak memungkinkan pemerintah mendapat akses ke masyarakat. (ase)