Banyak Perusahaan Latah Pakai Blockchain

Ilustrasi Blockchain.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Sekretaris Jenderal Asosiasi Blockchain Indonesia, Pandu Satrowardoyo, menyayangkan masih banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan teknologi Blockchain belum sesuai kebutuhan.

“Saya bisa katakan latah, ya. Karena tidak semua cocok pakai Blockchain,” kata Pandu kepada VIVA, Kamis, 15 November 2018.

Menurutnya, banyak hal yang memang bisa diselesaikan dengan Blockchain tetapi ada juga yang tidak bisa. Ia mengatakan, yang tidak bisa diselesaikan adalah perusahaan bersifat monolitik, atau tidak bekerja sama dengan pihak lain.

Karena, Blockchain sebenarnya membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan banyak pihak. Selanjutnya, perusahaan yang biasanya menjadi pihak ketiga. Sebelumnya ada pihak yang bertugas menjadi intermediary.

Pandu mengatakan tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut menggunakan Blockchain. Namun juga bisa menjadi bumerang atau berbalik merugikan mereka.

“Misalnya, sudah jadi intermediary. Bisnisnya memang murni itu. Next-nya, perusahaan ini bisa implementasi Blockchain apa enggak? Di sini yang mungkin bisa mematikan bisnisnya mereka sendiri,” ujar Pandu.

Lalu, yang terakhir, adalah perusahaan yang tidak IT-minded. Artinya, mereka tidak mengerti bagaimana teknologi bekerja, termasuk menggunakan Blockchain.

Sebab, kata Pandu, data yang masuk harus disusun dengan rapi dan benar. Tak bisa sembarangan memasukkan data dan berharap akan menjadi benar saat diurusi Blockchain.

“Data yang masuk ke Blockchain namanya garbage in-garbage out. Semua IT, bukan cuma Blockchain, punya prinsip kalau yang masuk sampah yang keluar juga sampah. Di mana kalau data yang masuk salah, maka di Blockchain enggak jadi bersih,” kata Pandu.