Di Mata Generasi Z, Robot Bukan Perebut Pekerjaan

Generasi Z
Sumber :
  • Instagram/@cheriecolaa

VIVA – Meski tumbuh dengan teknologi, mereka yang lahir setelah 1995 atau Generasi Z (Gen Z) tidak menganggap robot sebagai saingannya di dunia kerja. Sikap Gen Z itu berbeda dengan banyak orang yang khawatir robot atau mesin akan merebut pekerjaan mereka. 

Sebuah survei yang berjudul ‘Gen Z: Masa Depan Telah Tiba’, menunjukkan Gen Z merupakan kelompok pertama yang unggul dalam keterampilan teknologi dan data. Namun 93 persen responden Indonesia percaya, saat ini adalah era mesin dan manusia bisa saling berkolaborasi.

Sebanyak 56 persen Gen Z mengatakan, manusia dan mesin bisa bekerja sama sebagai tim, dan 37 persen responden melihat mesin sebagai alat yang digunakan sesuai kebutuhan. Dapat disimpulkan Gen Z tidak merasa tersaingi dengan kehadiran robot. 

"Adanya kemitraan antara manusia dan robot mengharuskan perusahaan untuk memiliki strategi mengintegrasikan manusia dan teknologi supaya lebih berkembang. Mereka harus memiliki pendekatan untuk mengambil potensi-potensi dari teknologi terbaru," ujar Managing Director Dell EMC Indonesia, Catherine Lian di Jakarta, Kamis 14 Februari 2019.

Selain itu, perusahaan juga dipandang harus meningkatkan konektivitas dalam melindungi data. Antara teknologi dan talenta harus berjalan seimbang jika ingin transformasi digital bisa sepenuhnya terwujud. Bagi generasi muda, teknologi bukan hanya alat untuk mendorong kemajuan, namun juga sarana memeratakan informasi. 

Berbicara mengenai karier, Gen Z ternyata tidak hanya berpatokan dengan gaji saja. 47 persen responden percaya pekerjaan memiliki arti dan tujuan, bukan hanya bicara uang. Lalu 41 persen responden survei beranggapan, mereka harus bisa menuangkan kemampuan dan mencari pengalaman baru di tempat kerja. 

Responden Gen Z yang terlibat dalam survei ialah mereka yang lahir setelah tahun 1996. Ada 12.086 responden yang diwawancarai yang berasal dari 16 negara, termasuk Indonesia. Di Tanah Air, survei ini diikuti oleh 723 pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi, sedangkan dari Asia Tenggara diketahui mencapai 4.331 responden. (ali)