Jadi YouTuber Bikin Isu Ringan dan Bermanfaat, Bukan Memperkeruh

Kreator Konten Andhyta F. Utami.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Misrohatun Hasanah

VIVA – Kreator Konten Andhyta Firselly Utami mengaku membangun sebuah saluran YouTube bernama Frame & Sentences. Belum genap satu tahun sejak saluran tersebut dibangun, kini mereka sudah memiliki 9.657 pelanggan. Konten yang dibahas mengenai isu hangat namun dengan pembawaan yang ringan.

"Audiens itu enggak suka isu serius. Kita harus memposisikan diri sebagai mereka. Membayangkan bagaimana caranya menarik mereka untuk tertarik terhadap informasi yang serius dan kompleks dengan bahasa yang dimengerti," kata dia di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.

Andhyta mengambil contoh jika target penontonnya adalah anak muda milenial atau profesional. Kemudian, mengambil isu mengenai Rancangan Undang-Undang Permusikan.

Isu tersebut, diakuinya, sebenarnya rumit. Namun, Frame & Sentences mengambil poin tentang anak muda yang gemar mendengarkan atau bermain musik.

"Jadi sebenarnya kita omongin RUU-nya. Tapi sebelumnya kita memposisikan diri sebagai audiens. Kita cari titik cerita sehari-hari, yang ringan sebelum kita ajak diskusi yang jauh lebih dalam," paparnya.

Selain membuka pikiran audiens, mereka juga fokus terhadap konten. Andhyta mengaku sampai sejauh ini terus membawa manfaat terhadap konten yang dibuat. Bukan seperti beberapa kreator yang hanya meraup untung, kemudian malah memanaskan suasana.

Kreator konten akan lebih baik jika membuat konten yang bisa membawa diskusi ke tingkat selanjutnya. Misalkan, jika ada isu yang kontroversial maka ada baiknya untuk tidak memperkeruh suasana. Ia menyarankan YouTuber untuk menambah nilai atau value terhadap karyanya.

"Saran aku baiknya kreator itu bisa menambahkan value. Seperti fokus di solusinya apa, rekomendasinya apa. Intinya fokus membuat konten yang bermanfaat," papar Andhyta.

Ia menambahkan jadwal perilisan konten di saluran YouTube Frame & Sentences adalah satu bulan sekali. Namun, jika ada isu yang mendesak, mereka akan keluar dari jadwal. Misalnya yang terkait dengan gender atau isu kebijkaan publik.