WhatsApp Dibobol Mata-mata Israel, Pejabat Indonesia dalam Bahaya

Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC Pratama Persadha
Sumber :
  • Dokumen CISSReC

VIVA – Sejak Senin kemarin, pengguna WhatsApp terkejut dengan penyusupan malware mata-mata Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group. Spyware ini menyusup masuk ke WhatsApp melalui fitur panggilan. Akibat yang ditimbulkan bisa sangat parah, penjahat siber dapat mengambil alih sistem operasi pada Android maupun iOS.

Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan, WhatsApp mengklaim kasus ini hanya terjadi pada segelintir pengguna yang telah ditargetkan, namun menurutnya, insiden keamanan ini harus menjadi perhatian bersama.

"Sebagai pengguna sudah semestinya berhati-hati ketika melakukan komunikasi. Kasus penyusupan spyware pada WhatsApp menunjukkan aplikasi pesan instan paling populer di dunia ini memiliki celah keamanan yang dapat ditembus," kata Pratama, Rabu 15 Mei 2019.

Pratama mengungkapkan, banyak pejabat di Indonesia berkomunikasi dan memberikan keputusan melalui grup WhatsApp. Menurutnya hal ini sangat riskan dan berbahaya.

"Sangat berbahaya pejabat atau tokoh penting di Indonesia memakai WhatsApp dan aplikasi pesan instan gratisan lainnya. Apalagi komunikasi yang dilakukan bersifat penting dan strategis," kata Pratama.

Pria asal Cepu, Blora Jawa Tengah ini menjelaskan, bahaya dari spyware Pegasus tidak hanya mencuri data percakapan saja, tetapi juga bisa mengambil alih sistem operasi. Bahkan konon bisa menginfeksi saat korban mengangkat panggilan WhatsApp dari nomor penyerangnya.

Agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, Pratama mengimbau kepada seluruh pengguna WhatsApp agar segera memperbarui sistem, baik untuk platform iOS atau Android. Tim WhatsApp sudah memperbarui aplikasi mereka untuk menutupi celah tersebut.

Perlu diketahui, kasus yang terjadi pada WhatsApp telah menambah rentetan masalah keamanan data pada perusahaan di bawah naungan Facebook. Sebelumnya, Facebook telah berkali-kali bermasalah dengan isu keamanan, yang paling ramai adalah kasus Cambridge Analityca.

Namun kasus yang menimpa WhatsApp saat ini, dalam pandangan Pratama terbilang berbeda. Sebab WhatsApp telah menjamin kerahasiaan pesan dan telepon dengan enkripsi yang menjadi standar komunikasi aman di berbagai negara, bahkan juga di Indonesia.

Amnesti Internasional bergerak cepat dengan rencana menuntut kasus ini ke pengadilan. Kementerian Pertahanan Israel yang akan ditarget sebagai pihak tergugat. Amnesti Internasional melihat tindakan pemerintah Israel membiarkan NSO Group menjual dan menyebarkan software berbahaya ini sebagai tindakan melawan hak asasi manusia. (dhi)