Google News Initiative Latih 18 Jurnalis VIVA jadi Detektif Digital

Trainer Google Initiative, Afwan Purwanto dalam pelatihan di VIVA.co.id
Sumber :
  • VIVA/Endah Lismartini

VIVA – Google News Initiative bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen serta Internews kembali menggembleng jurnalis online untuk menangkal berita palsu sampai hoaks yang banyak beredar di media sosial dan internet. 

Kali ini, pelatihan bertajuk Google News Initiative Training Network itu digelar di kantor VIVA.co.id, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. Pelatihan yang berjalan dua hari, Kamis-Jumat, 23-24 Mei 2019 ini membahas misinformasi sampai menganalisis sumber konten digital dengan menggunakan berbagai tool yang ada di internet. 

Dua trainer dari Google News Initiative yakni Afwan Purwanto dan Endah Lismartini menggembleng 18 jurnalis VIVA.co.id, untuk lihai menganalisis jejak dan kesahihan sumber digital. Dengan bekal keahlian pelacakan digital itu diharapkan jurnalis bisa memerangi misinformasi dan disinformasi. 

"Tingkat pendidikan ini tak menjamin seseorang tidak terkena misinformasi maupun disinformasi. Pejabat sekelas menteri saja pernah terkena misinformasi," kata Afwan.   

Pelatihan hari pertama membahas sejumlah tool dari internet untuk membedah konten digital dari Google, Facebook, Twitter, Instagram sampai website.

Tool tersebut dipakai untuk melacak misinformasi dan disinformasi. Selain itu pada hari pertama, peserta diajak menemukan konten asli dan menganalisis sumber informasi. 

18 jurnalis juga ditantang menggunakan tool yang ada untuk memverifikasi dan menemukan lokasi sebuah sumber digital serta menjalankan penyelidikan online. Pada hari kedua, kedua trainer mengasah 18 jurnalis VIVA.co.id untuk melakukan investigasi online. 

Trainer menunjukkan, sebuah contoh foto di kediaman mantan Presiden Soeharto. Peserta diminta untuk mencari, mendeteksi foto tersebut dan menganalisis waktu dalam foto tersebut.  

Selain itu, pada hari kedua ini, peserta mendalami teknis kebersihan data digital atau digital hygiene. Ternyata banyak celah keamanan dalam data digital peserta. 

"Tidak ada yang aman dalam dunia digital. Keamanan itu berbanding terbalik dengan kenyamanan. Kalau mau aman ya siap-siap tidak nyaman, ribet ini itu," ujar Afwan.  

Peserta diajari menggunakan tool untuk menjaga keamanan aset digital mereka. Mulai dari mengamankan password, menghindari pelacakan digital sampai tips-tips aman mengamankan jejak dan data digital. 

Jurnalis yang mengikuti pelatihan ini merasa puas bekal tool. Mereka merasa dengan ilmu baru tersebut, bakal tertantang untuk menggunakannya dalam praktik produksi berita.