Figur Publik Ngaku Kena Hack, Bisa Jadi Itu Hanya Alibi

Ilustrasi hacker.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Sejumlah orang mengaku akun media sosialnya diretas saat terjerat kasus pencemaran nama baik. Namun benar atau salah pernyataan itu seharusnya dibuktikan lebih lanjut oleh penyidik. 

"Ada yang beneran menjadi korban peretasan. Ada juga yang membuat cerita atau peretasan jadi alibi mereka. Kan tinggal dibuktikan lagi oleh penyidik ada peretasan atau tidak," kata Pengamat Teknologi dan Ahli Cyber Forensic, Ruby Alamsyah di Jakarta Senin Malam, 27 Mei 2019. 

Namun memang dengan penyelidikan lebih lanjut, akan membuat pekerjaan para penyidik menjadi tambah banyak. Ruby beralasan akan lebih baik jika ada bukti dari klaim para tersangka itu. 

Ada sejumlah tanda saat akun media sosial seseorang diretas. Salah satunya berupa notifikasi jika akun digunakan di perangkat lain. 

"Ada beberapa akun yang langsung report akun Anda login di device lain di email. Bagi platform yang besar, mereka sudah mengaktifkan IG kita nyala di device A, nyala lagi di device B, dia (platform) langsung ngirim (pemberitahuan) ke device A," jelas Ruby

Password, menurutnya, masih jadi hal penting yang harus diperhatikan oleh pengguna media sosial. Kata sandi ini harus dibuat seaman mungkin. 

Dia juga mengingatkan bahwa password harus berbeda untuk email maupun media sosial lain. Antar akun media sosial juga disarankan tidak boleh memiliki password yang sama. 

Pengguna bisa membuat karakteristik password sendiri agar bisa mengingat seluruh kata sandi di akun-akun itu. 

"Kebanyakan kejadian peretasan public figure di Indonesia simple-nya satu, email bisa diretas. Saat email bisa diretas selesai semuanya, karena kata kuncinya media sosial autentikasi semuanya via email," kata Ruby. (ren)