Pelecehan Seksual: Sopir Taksi Online Perempuan Dipaksa 'Gituan'

Ilustrasi pengemudi perempuan
Sumber :

VIVA β€“ Seorang pengemudi perempuan untuk Lyft, ALicia Dukes, dilaporkan mengalami pelecehan seksual oleh penumpang pada 21 April 2019 lalu. Lyft adalah perusahaan transportasi online yang berbasis di San Francisco, California, AS.

Saat insiden itu terjadi, Dukes telah bergabung dengan Lyft selama sebulan dan beroperasi di wilayah Atlanta. 

Dilansir dari The Guardian, Dukes melaporkan hal tak senonoh yang dialaminya pada perusahaan. Namun, alih-alih menerima dukungan yang memadai, manajemen Lyft hanya menonaktifkan akun penumpang.

"Seseorang mengirimi saya email dan mengatakan kepada saya bahwa mereka telah menonaktifkan akunnya (penumpang) dari platform, dan hanya itu," ujar Alicia Dukes dikutip dari situs The Guardian, Kamis, 20 Juni 2019.

Kisah Dukes berawal dari penumpang yang ia antar dari sebuah pompa bensin kembali ke apartemennya. 

β€œDia pertama kali bertanya kepada saya apakah saya punya uang kembalian karena dia ingin memberikan tip. Dia akhirnya menemukan uang kertas US$5 di sakunya dan memberikannya kepada saya. Dia kemudian bertanya kepada saya apakah saya ingin datang ke rumahnya dan minum dengannya. Saya bilang tidak, saya sedang bekerja sekarang, bisakah kamu pergi?” cerita Dukes.

Penumpang itu tak juga beranjak, bahkan permintaannya meningkat dari sekadar mengajak minum menjadi penawaran untuk berhubungan seks berbayar. "Dia bilang kita bisa melakukannya di mobil, aku bilang 'tidak' lagi. Kemudian dia memasukkan tangannya ke bajuku, aku mendorongnya menjauh dariku, dia meraih paha dan area depan,” kisah Duke. 

Untungnya saat itu ada seorang pejalan kaki. Dukes lantas dengan cepat membuka sabuk pengamannya dan segera keluar dari mobil. Dukes sempat memanggil polisi dan penumpang itu pun melarikan diri. Namun berhasil ditangkap. 

Kasus pelecehan seksual pada pengemudi perempuan tak hanya terjadi pada Dukes saja. Tercatat sejumlah insiden dimana pengemudi dan penumpang Uber dan Lyft mengalami beberapa masalah keamanan, mulai dari kekerasan seksual, pelecehan hingga serangan fisik. 

Namun mereka merasa perusahaan hanya menawarkan sedikit bantuan atau dukungan, dan tidak memiliki kebijakan yang memadai.

Pengemudi Lyft di Los Angeles, Nicole Moore mengatakan, yang jadi permasalahan adalah bagaimana perusahaan bertanggung jawab atas sejumlah masalah. Mereka tidak melindungi penumpang dan pengemudi dengan baik.

Dalam sebuah email, juru bicara Uber tidak setuju dengan pernyataan itu. Mereka mengatakan, perusahaan memiliki komitmen untuk keselamatan dan telah menyediakan sejumlah fitur keselamatan, termasuk tombol yang terintegrasi dengan 911, fitur berbagi perjalanan, dan tombol darurat 24 jam.

"Tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan pengguna dan pengemudi yang kami layani," lanjutnya.

Sedangkan Lyft mengatakan keselamatan menjadi hal yang mendasar bagi mereka. Sejak hari pertama rilis perusahaan telah bekerja keras untuk merancang kebijakan dan fitur yang melindungi driver dan pengguna, termasuk pedoman komunitas, sistem ulasan dan bantuan saat darurat.

"Tidak ada tempat untuk pelecahan atau kekerasan dalam bentuk apa pun di komunitas Lyft," kata perusahaan. Meskipun terdengar menjanjikan, namun jaminan itu tidak serta merta terbukti setelah penumpang atau pengemudi menjadi korban.