Ancaman Sampah Plastik, Kena ISPA sampai Tak Bisa Punya Anak

Diskusi sampah plastik.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Novina Putri Bestari

VIVA – Pegiat lingkungan hidup menemukan adanya impor limbah kertas yang menumpang sampah plastik. Sampah-sampah plastik ini ternyata ada yang dijual kembali ke industri lain untuk dijadikan bahan bakar. Namun, hal ini juga menyimpan bahaya.

"Bahaya, karena mengandung furan dan dioksin," kata Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2019. Ia menuturkan selama melakukan penelitian di kawasan industri kertas yang terdapat sampah plastik terdapat sejumlah penyakit yang mengintai.

Salah satunya pada ibu-ibu yang bekerja untuk memilah sampah yang terkena penyakit seperti ISPA, gatal-gatal, kanker payudara hingga tidak bisa punya anak.

"Plastik itu dimasukkan ke dalam mesin. Ada bahan kimianya di sana. Kalau memilah sampah dengan tangan jadi halus ada pemutih, pelembut seperti mencuci kertas," jelasnya.

Mengenai adanya sampah plastik yang membonceng impor limbah kertas ini, menurut Prigi, tidak ada pengecekan secara menyeluruh. Ia menjelaskan bisnis impor limbah kertas ini berbentuk business-to-business (B2B) dengan pengawasan Kementerian Perdagangan.

Menurut Prigi, merekalah yang akan meminta suatu perusahaan untuk menjadi pengontrol atau inspeksi. Pengontrol inilah yang mengecek secara sampling setiap produk yang masuk ke Indonesia.

Ia menuturkan belum ada sampling dan juga ada aturan pada Permendag yang membuat impor limbah kertas masuk ke green line. "Masuk green line. Masuk enggak harus diperiksa. Karena, dibutuhkan industri makanya dia (impor limbah kertas) masuk ke green line," ujar Prigi.

Impor limbah kertas ini sangat dibutuhkan oleh industri kertas yang membutuhkan lima juta ton sampah. Sedangkan Indonesia sendiri baru bisa memenuhi 3,5 juta ton sampah.