Kominfo Ada Mesin Pengais Hoaks, Milenial Harus Perangi Berita Bohong

Ilustrasi/Kabar hoax
Sumber :
  • PeopleOnline

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informatika terus menggalakkan literasi digital untuk menekan penyebaran hoaks atau berita bohong. Literasi menyasar para generasi muda yang merupakan warga media sosial dan warga asli digital atau digital native

Staf Ahli Widiaiswara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Meiningsih menyampaikan hoaks merupakan ekses negatif dari perkembangan teknologi. Di sisi lain, pembatasan dan pemberantasan hoaks di Indonesia masih terbentur dengan kebebasan berekspresi di era demokrasi. Maraknya hoaks di Indonesia tak lepas dari tingkat literasi masyarakat terhadap teknologi informasi dan media sosial yang masih rendah. 

Siti mengatakan, pemerintah telah berupaya keras menangkal hoaks dengan pemblokiran dan upaya hukum. Namun menurutnya, tak kalah penting adalah upaya preventif dengan mengedukasi pengguna internet dan media sosial.

“Diharapkan masyarakat, terutama generasi milenial, dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan sebaik-baiknya,” ujar Siti di forum diskusi publik dengan tema Penangkalan Hoax bagi Generasi Muda” di Hotel Emersia Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat dalam keterangannya, Jumat 28 Juni 2019.

Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Media Kominfo, Nurlaili, mengingatkan publik, Kominfo telah memiliki mesin pengais (crawling), yang berfungsi untuk menjaring hoaks. 

“Kementerian telah punya mesin pengais untuk menjaring hoaks, karena itu kami mengimbau kepada publik, khususnya generasi muda untuk bersama-sama memerangi berita bohong dan melakukan perkembangan literasi media baru yaitu internet,” ujarnya.

Sedangkan Staf Ahli Bupati Tanah Datar, Nuryeddisman, berharap forum literasi digital membuat masyarakat bisa bijaksana menyikapi segala informasi yang beredar di internet dan media sosial. Dia mengharapkan, masyarakat menjadi lebih waspada dalam menghadapi berita bohong. 

Pakar media sosial, Cavin Rubenst Manupatty, menyampaikan pelatihan pembuatan konten viral. Dia menjelaskan, sebuah konten bisa menjadi viral jika mengandung STEPPS, yakni Social Currency, Trigger, Emotion, Public, Practical Value, dan Story. Tips-tips tersebut diharapkan dapat membantu peserta diskusi untuk membuat konten positif yang viral.