Pendiri Bumi Datar yang Dibakar Sosok Pemuda Master Jenius

Pendiri Flat Earth 101, M. Adi Pradana (kanan)
Sumber :
  • Dokumen Flat Earth 101

VIVA – Korban pembunuhan sadis ibu tiri, M. Adi Pradana alias Dana mendapat tempat istimewa di kalangan lingkaran perkawanannya. Di mata para sahabatnya, pemuda yang merupakan pendiri bumi datar Indonesia, Flat Earth 101 itu punya otak yang encer.

Tak salah sehingga kawannya melabeli Dana sebagai orang yang jenius. Sahabat dekat Dana, Lalu Eldam Khamel mengakui kualitas ilmu pengetahuan dari koleganya tersebut. 

"Almarhum adalah seorang master jenius di bidang IT. Seorang anak jenius yang mempunyai cita-cita besar dan memilih berjuang lewat ideologi bumi datarnya tersebut," kata Lalu Eldam kepada VIVA.co.id, Kamis 29 Agustus 2019. 

Menurut Lalu Eldam, Dana selalu konsisten untuk mengedukasi dan berdiskusi ide dan gagasan tentang kemandirian dari bumi datar. Sampai-sampai tiap diskusi, Dana melarikannya kepada misi kemandirian yang diusung bumi datar. 

"Tak pernah dalam sehari pun ideologi tentang kemaslahatan pemahaman kebumidataran yang menjadi cita-cita almarhum dilalaikan, selalu almarhum menyampaikan setiap bertemu orang baru," tutur Lalu. 

Dana juga tak segan untuk beradu pemikiran dengan orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Bagi Dana, kata Lalu, tertantang untuk belajar dari siapa pun. 

"Selalu almarhum menyampaikan (gagasan kemandirian) setiap bertemu orang baru dan dalam berargumen sampai orang-orang bertitel tinggi sekali pun mampu diimbangi bahkan dilampaui oleh almarhum ketika berbicara tentang masalah Flat Earth ideologinya," jelas Lalu.

Dana dan ayahnya, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili, menjadi korban pembunuhan sadis dengan otak intelektual adalah Aulia Kesuma, yang merupakan istri Pupung dan ibu tiri Dana. 

Ayah dan anak itu dibunuh di Lebak Bulus dengan diracun dan diminumi minuman keras pada Jumat malam 23 Agustus 2019. 

Dalam menjalankan aksi biadabnya, Aulia menyewa empat pembunuh bayaran. Setelah mengeksekusi keduanya pada Jumat malam, Aulia dan putranya yang lain, Kelvin membawa mayat keduanya ke Sukabumi pada Minggu 25 Agustus 2019. Di Sukabumi, mereka memutuskan membakar mobil beserta kedua mayat pada Minggu siang 25 Agustus 2019 untuk menghilangkan jejak pembunuhan mereka.