Alasan TikTok Batasi Video Cuma 15 Detik

Kepala Kebijakan Publik TikTok Indonesia, Malaysia dan Filipina, Donny Eryastha.
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

VIVA – Aplikasi pembuat video pendek asal China, TikTok, membidik pangsa pasar usia 15-34 tahun di Indonesia. Karena, rentang usia itu merupakan usia generasi Z dan milenial yang mendominasi penggunaan internet.

Sementara itu, riset Mumbrella Asia menyebutkan bahwa pengguna hanya memiliki rentang waktu untuk memperhatikan secara penuh video pendek dengan durasi antara 8 sampai 15 detik.

Head of Public Policy TikTok for Indonesia, Malaysia and Filipina, Donny Eryastha mengatakan, meski sifat konten yang ada tergolong sebagai video pendek dengan durasi di bawah 1 menit, namun TikTok dirasa mampu meningkatkan kreativitas, lantaran telah disediakan berbagai hal yang mempermudah untuk mengekpresikan diri sendiri.

Menurutnya, TikTok sudah menjadi fenomena di berbagai kalangan dan bidang selama 2 tahun kiprahnya di Indonesia. Ia mengaku antusiasme tinggi pengguna TikTok dapat terjadi karena keunikannya yang menyajikan fitur video pendek maksimal 15 detik.

“Kami fokus pada video pendek 15 detik, karena berdasarkan riset, rentang perhatian (attention span) seseorang dalam menonton video makin pendek. Kami juga ingin pengguna menjadi diri sendiri. Apalagi generasi milenial dan Z sangat suka dengan konten otentik. Kami menyediakan satu ruang yang cukup besar bagi mereka lewat fitur-fitur yang ada," kata dia kepada VIVA.

Lebih lanjut Donny menuturkan jika TikTok bukan media sosial, melainkan sebuah platform untuk mendistribusikan konten video yang dipersonalisasi sesuai preferensi pengguna. Ia juga mengklaim, khusus pengguna di Indonesia, rata-rata menghabiskan 29 menit untuk 100 video per hari.

"Mereka tidak hanya menonton tetapi juga menciptakan, menemukan, berbagi video di platform tersebut. Dengan begitu, berarti pengguna di Indonesia bisa menonton lebih dari 100 video per hari," jelas Donny.

Aplikasi TikTok menjadi sangat populer ditandai dengan peringkat satu di App Store Indonesia. Secara global, TikTok telah diunduh oleh 1 miliar orang. Hal ini menunjukkan pertumbuhan TikTok sangat pesat sebagai pendatang baru.

Sementara itu, induk perusahaan TikTok, Bytedance Technology, merupakan salah satu perusahaan dengan valuasi tinggi di dunia. Per Oktober 2018, valuasi Bytedance mencapai US$75 miliar dari investor besar SoftBank Group Corp, KKR & Co., dan General Atlantic.

Per Juni 2019, Bytedance meraih keuntungan mencapai 50-60 miliar renminbi atau setara Rp98-118 triliun. Bytedance yakin akan meraih keuntungan hingga akhir semester kedua tahun ini. Prestasi ini sekaligus membawa Bytedance menyalip Uber Technologies Inc. sebagai startup paling bernilai di dunia.