Pegawai Kerap Tidur Siang, Negara Rugi Rp560 Juta

Seorang karyawan tertidur di sebuah kantor. - AFP/Getty Images
Sumber :
  • bbc

Pemerintah Amerika Serikat menerapkan larangan tidur siang di kantor. Tapi sejumlah pakar menyatakan sudah waktunya mengevaluasi kebijakan tersebut, tulis Jonathan Berr.

Pemerintah Amerika Serikat bersikap tegas mengenai perkara tidur siang di kantor.

Sejak lama, di kalangan pegawai pemerintah AS, praktik tidur siang di kantor dianggap sebagai hal tidak terpuji. Tetapi praktik tersebut tidak pernah secara resmi dilarang hingga baru-baru ini.

"Semua orang dilarang tidur di gedung-gedung pemerintah pusat, kecuali jika mendapat izin dari pejabat institusi," tulis badan Administrasi Pelayanan Umum Amerika Serikat awal bulan ini.

Tidak ada penjelasan di balik pernyataan resmi tersebut, tetapi ini bukanlah kali pertama sebuah badan pemerintahan merazia karyawan yang tidur saat jam bekerja.

Pada 2018, kantor audit negara bagian California merilis laporan yang mengungkap perilaku seorang karyawan Dinas Kendaraan Bermotor yang tidur hingga tiga jam sehari pada jam kerja.

Laporan tersebut memperkirakan, kebiasaan si pegawai telah menyebabkan kerugian negara hingga US$40.000 atau lebih dari Rp560 juta rupiah dalam empat tahun.

Laporan itu menyebutkan, kebiasaan tidur siang si pegawai memaksa rekan kerjanya untuk mengerjakan bagiannya.

Pegawai yang suka tidur siang tersebut tidak ditegur, karena atasannya khawatir ia memiliki masalah kesehatan yang menyebabkan kondisi mengantuk.

Banyak pihak yang tidak bisa membenarkan para pekerja secara kolektif mengejar kekurangan tidur pada jam kerja, tapi sebuah penelitian menyatakan bahwa tidur siang di kantor justru bisa meningkatkan produktivitas, bukan menurunkannya.

Dr Lawrence Epstein, mantan kepala American Academy of Sleep Medicine dan direktur medis Clinical Sleep Medicine di Brigham dan Women`s Hospital in Boston, memperkirakan ada 70 juta orang di Amerika yang menderita gangguan tidur.

Sebuah studi yang dirilis oleh Indiana`s Ball State University, yang meneliti durasi tidur 150.000 orang, menemukan bahwa jumlah responden yang berhasil tidur selama tujuh jam atau kurang di malam hari meningkat hingga 35,6% pada 2018 dari 30,9% pada 2010.

Sekitar setengah dari responden, yang bekerja sebagai polisi atau pekerja kesehatan, melaporkan bahwa mereka tidak mendapat cukup tidur.

"Beberapa perusahaan semakin sadar akan hal tersebut (masalah kekurangan jam tidur) dan menyiapkan cara-cara untuk mengatasinya. Sayangnya, saya tidak merasa kantor-kantor pemerintahan sejalan dengan hal ini," kata Epstein kepada BBC.

"Masalah ini bisa dan harus ditangani, tapi seringkali tidak ada penanganan."

Gangguan tidur dapat memengaruhi kesehatan seseorang - dan pada akhirnya ekonomi.

Sebuah analisis yang dirilis oleh Rand Corporation pada 2016 menyebutkan gangguan tidur pada pekerja berdampak pada ekonomi Amerika Serikat hingga $411 miliar setahun, termasuk akibat dari produktivitas yang hilang.

Epstein dan pakar lainnya mendukung jika pegawai diperbolehkan tidur di kantor.

"Orang yang mengalami gangguan tidur tidak akan bekerja secara maksimal dan berisiko tinggi mengalami kecelakaan kerja, yang justru akan merugikan perusahaan karena timbul masalah kesehatan," kata Epstein.

Perusahaan mulai sediakan fasilitas tidur siang

Beberapa negara lain memiliki pandangan yang lebih moderat menyoal tidur di kantor. Di Jepang, beberapa perusahaan memasang pod tidur siang yang kedap suara dan menganjurkan pegawainya untuk beristirahat di tengah jam kerja yang panjang.

Ide tersebut mulai banyak diterima di Amerika Serikat, meski perlahan.

Beberapa perusahaan, seperti produsen es krim Ben&Jerry`s menyediakan kamar untuk tidur siang, yaitu sebuah ruangan berukuran luas yang diberi nama "Ruang Da Vinci" dan dipenuhi sofa lipat dan selimut tebal.

Mereka yang tidur siang diwajibkan untuk melepas sepatu dan hanya punya waktu 20 menit untuk tidur. Karyawan yang sedang sakit dan membutuhkan waktu tidur lebih lama diperbolehkan pulang.

Meski demikian, stigma yang menempel pada kebiasaan tidur di kantor akan selalu menjadi masalah, kata Laura Peterson, juru bicara Ben & Jerry`s.

Banyak pegawai yang menggunakan nama palsu untuk mengisi lembar pengguna ruang tidur siang, hingga perusahaan memutuskan untuk menghilangkan lembar tersebut.

"Tidak banyak orang mau mengakui bahwa mereka menggunakannya," kata Peterson, yang sudah menggunakan ruang tidur siang sebanyak empat kali sejak bergabung dengan perusahaan tiga tahun lalu.

"Saya merasa lebih produktif (setelah tidur siang)," katanya.

Rekan-rekan kerjanya sepakat.

"Pertama kali menggunakannya, saya merasa aneh. Tapi hasilnya luar biasa," kata seorang pegaway Ben & Jerry`s, Rob Michalak.

"Kedua kalinya saya menggunakan ruangan Da Vinci, saya merasa itu keputusan yang tepat karena saya merasa segar dan siap untuk menghadapi layar komputer lagi," katanya.

Sementara itu, beberapa perusahaan di Amerika Utara menjadikan tidur siang sebagai bisnis mereka.

Studio tidur siang pertama di Kanada, "Nap It Up" baru-baru ini membuka kamar-kamarnya untuk disewakan.

Pendirinya, Mehzabeen Rahman, mengatakan ia mendapatkan ide bisnis tersebut saat ia bekerja di bank.

Para pekerja Toronto bisa mampir ke studio dan membayar US$7,6 (Rp107.000) untuk 25 menit. Setiap kamar menyediakan tempat tidur, tirai tebal, dan wewangian lavender.

Perusahaan lain, MetroNaps, menawarkan pod dengan desain futuristik bagi mereka yang membutuhkan fasilitas tidur yang ergonomis.

Pod tidur yang disediakan di tempat-tempat yang beroperasi 24 jam sehari seperti rumah sakit dan bandar udara juga semakin diminati.

CEO MetroNaps Christopher Lindholst mengatakan perusahaannya mulai menawarkan layanan serupa ke pusat-pusat kebugaran dan universitas.