Isu Iklan Enggak Bikin WhatsApp Meredup di 2019

Ilustrasi WhatsApp.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Aplikasi pesan instan WhatsApp tetap menjadi pilihan utama pengguna di seluruh dunia di sepanjang 2019. Meski isu iklan sempat membuat pengguna WhatsApp galau, namun ketenaran platform milik Facebook tidak redup.

Mengutip situs CNET, Kamis, 16 Januari 2020, WhatsApp menduduki peringkat pertama dengan lebih dari 850 juta unduhan di seluruh dunia, menurut laporan lembaga riset pasar Sensor Tower. Di bawah WhatsApp adalah platform video pendek asal China, TikTok, dengan raihan sekitar 700 juta unduhan.

TikTok merupakan platform media sosial di mana penggunanya yang sebagian besar generasi Z dan milenial, lebih suka memposting video pendek hingga 15 detik yang kerap diiringi oleh musik. TikTok juga salah satu anak usaha dari ByteDance Technology, startup yang nilai valuasinya paling berharga di dunia.

Baca: WhatsApp dipasang iklan, Telegram jadi pilihan

Seperti diketahui, pemilik Facebook sekaligus WhatsApp, Mark Zuckerberg, tampaknya masih bersikukuh akan memasang iklan di kolom Status aplikasi pesan instan paling laku di dunia tersebut.

Lewat 'tangan kanannya' Vice President WhatsApp, Chris Daniels, menyebut bahwa konsep ini mirip dengan apa yang diterapkan Facebook anak usaha lainya, Instagram.

Kendati belum ada waktu pasti tentang kapan dan harga yang diterapkan untuk iklan di WhatsApp, namun rumor ini membuat para penggunanya gusar. "Kami akan menempatkan iklan di kolom Status. Ini akan jadi mode monetisasi utama bagi kami sekaligus peluang bisnis dalam menjangkau pengguna WhatsApp," ujarnya, lewat akun Twitter-nya.

Tak ayal, kebijakan ini seperti dua sisi mata uang. Satu sisi berpotensi menambang pundi-pundi keuangan bagi Facebook, tapi sisi lain, pengguna yang tidak setuju mengancam akan hengkang ke Telegram.

Bahkan, pengamat media sosial, Matt Navarra mengatakan, tidak hanya mengancam hengkang tetapi sejumlah pengguna sampai rela membayar biaya langganan hingga US$50 (Rp673 ribuan) per tahun daripada harus melihat iklan di WhatsApp.

"Keputusan Fecebook ini tentu saja bisa menjadi bumerang. Bisa mendatangkan keuntungan untuk perusahaan, tapi bisa juga bikin buntung (merugikan) mereka (Facebook), karena membuat pengguna tidak nyaman dan berpaling ke platform gratis lainnya," jelas Navarra.